Agamawan dan Intelektual Bahas Kemaslahatan Publik di Pune India

Agamawan dan Intelektual Bahas Kemaslahatan Publik di Pune India Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng, KH. A. Halim Mahfudz, menekankan pentingnya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi anak muda agar bisa tumbuh berkembang. Foto: Ist

BANGSAONLINE.com - The G20 Interfaith Forum (IF20), kelompok agamawan terkemuka dari seluruh dunia kembali bertemu dalam forum Shaping World Peace @ Sustainable Development melalui hubungan antariman yang harmonis pada 5-7 September 2023 di World Peace Dome, Pune,

Agenda tersebut diikuti 19 negara anggota The G20 Interfaith Forum dan 1 persekutuan antarnegara, yakni Uni Eropa. Beberapa pemikir dari negara seperti Malaysia dan Bangladesh juga hadir dalam kegiatan ini.

Baca Juga: Ning Inayah Wahid Sebut Gus Dur Selalu Bela Orang Lemah, Yakin Menolak Kenaikan PPN 12 %

Forum internasional itu membahas isu-isu penting perkembangan masalah-masalah kemanusiaan dunia yang merupakan kelanjutan dari pembahasan oleh The G20 Interfaith Forum (IF20) di New Delhi, , pada Mei 2023. 

Isu-isu penting tingkat dunia ini dibahas para tokoh agama antara lain perlunya tindakan-tindakan nyata segera oleh para pembuat keputusan untuk membantu kelompok warga yang rentan terhadap dampak Covid-19, human traficking, keamanan ketersediaan pangan dunia (food security), ketidakadilan dan perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan umat manusia. 

Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan

Hasil pembahasan ini akan disampaikan kepada para pembuat keputusan yang bertemu dalam G20 Summit yang diselengarakan di New Delhi, , 9 – 10 September yang akan datang.

Para tokoh yang hadir dalam pertemuan tingkat dunia tersebut antara lain KH. A. Halim Mahfudz, (Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng/BWPT), Dr. Muhammad Hattah Fattah, Wakil rektor Univ Muslim Makassar, Dr, Yayah Khisbiyah, MA., Associate Profesor Univ Muhammadiyah Surakarta, Yuyun Wahyuningrum, tokoh HAM di kantor Sekretariat ASEAN, dan Matius Ho, Direktur Eksekutif Institut Leimena.

“Para ilmuwan dan agamawan Indonesia hadir dan memberikan banyak pemikiran terkait pendidikan bagi perkembangan generasi muda, food security, agama dalam hubungan etika dan & perkembangan teknologi,” ujar KH.A. Halim Mahfufdz.

Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat

Beberapa sesi pertemuan ini menemukan fakta mendesaknya pemecahan masalah segera untuk mengatasi berbagai isu yang dihadapi dalam upaya meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan dan kesejahteraan dan keadilan. Forum ini juga menemukan pentingnya kerjasama anta-iman oelh berbagai kelompok agama dalam membangun saling pengertian, saling dukung untuk meningkatkan kemaslahatan masyarakat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO