KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Sejumlah LSM di Kediri melakukan aksi demo di depan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, Senin (9/10/2023). Yang menarik, aksi dari gabungan LSM tersebut justru disambut aksi demo tandingan para guru yang bersimpati dengan rekan mereka.
Sebelum menggelar aksinya di kantor disdik, para pendemo sebenarnya sudah melakukan audiensi dengan Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Dodi Purwanto di ruang komisi I.
Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa
Para pendemo minta kasus dugaan bullying oleh oknum guru di SMPN 2 Kras diusut tuntas. Selain itu, mereka meminta dugaan tuduhan pemerasan oleh LSM dan jurnalis dalam kasus tersebut juga diusut.
Usai dari kantor dewan, mereka bergeser ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri. Setibanya di kantor dinas pendidikan Desa Paron, Kecamatan Ngasem, mereka disambut oleh puluhan guru. Ada yang membentangkan spanduk, ada yang membunyikan musik, dan ada yang meniup peluit.
Beruntung, aparat keamanan dari Polres dan Satpol PP Kabupaten Kediri berhasil memisahkan mereka dengan menutup pagar untuk mencegah bentrok fisik.
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60
Karena tidak ingin terjadi bentrokan, para pendemo dari LSM akhirnya mundur dan memilih melaporkan masalah tersebut ke inspektorat.
"Kami lebih memilih melaporkan masalah ini ke inspektorat. Biar pihak inspektorat yang menilai, apakah dibenarkan para ASN menggelar demo tandingan," kata Basuki, korlap aksi.
Sementara, Ketua DPRD Dodi Purwanto membenarkan pihaknya telah menggelar audiensi dengan sejumlah LSM. Menurutnya, teman-teman LSM mengadukan terkait dugaan bullying yang dilakukan oleh seorang guru terhadap salah satu siswinya.
Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa
"Tadi juga disampaikan terkait tuduhan dugaan pemerasan yang dilakukan oleh LSM dan jurnalis kepada pihak sekolah terkait kasus tersebut," ujarnya.
Untuk menindaklanjuti pengaduan tersebut, pihaknya akan melakukan klarifikasi dengan mengundang pihak-pihak yang terkait.
Diberitakan sebelumnya, dugaan bullying yang dilakukan oleh oknum guru SMPN 2 Kras terhadap salah satu siswinya berbuntut panjang. Terakhir, ada kabar bahwa LSM dan jurnalis yang mendampingi orang tua korban dugaan bullying dituduh melakukan dugaan pemerasan puluhan juta rupiah.
Baca Juga: Kejari Kabupaten Kediri, Kenalkan Program Sareng Jaga Desa
Basuki pun membantah keras telah terjadi dugaan pemerasan terhadap pihak sekolah yang dialamatkan kepada pihaknya. Menurutnya, aliansi LSM memang pernah bertemu dengan pihak sekolah.
Namun, saat itu justru pihak sekolah sendiri yang menginginkan persoalan ini diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan. Hanya saja saat itu pembicaraan tidak sampai membahas terkait angka.
"Bila pihak sekolah minta permasalahan ini diselesaikan dengan musyawarah, maka akan didatangkan pihak korban. Kami lalu datang lagi bersama korban dan orang tuanya. Setelah dilakukan musyawarah, ternyata tidak menemukan titik temu," terangnya.
Baca Juga: Desak Ketua LMDH Budi Daya Satak Mundur, Kantor Perhutani Kediri Didemo Warga
"Jadi bila di luar beredar, bahwa ada LSM dan jurnalis telah melakukan pemerasan, itu tidak benar sama sekali. Itu adalah pernyataan sepihak. Mestinya pihak lain juga diklarifikasi. Jadi saya membantah keras telah terjadi dugaan pemerasan tersebut," tegas Basuki.
Sementara, Dedik Tri Prastyawan selaku orang tua korban bullying mengatakan, pihaknya menuntut agar Disdik Kabupaten Kediri menjatuhi sanksi tegas berupa pemecatan kepada pelaku bullying, serta menonaktifkan Kepala SMPN 2 Kras.
Dedik menceritakan, awalnya pada 20 September 2023 lalu, anaknya (korban dugaan bullying) pulang sekolah nangis. Ketika ditanya, anaknya tidak mau jawab. Karena tidak mau menjawab, lanjutnya, ia lalu minta tolong adiknya untuk bertanya.
Baca Juga: Polres Kediri Tangkap Tiga Terduga Kasus Judol
"Akhirnya adik saya yang nanya, anak saya bercerita katanya dikata-katai (oleh oknum guru) dengan kata-kata tidak senonoh. Mendengar itu, saya marah, saya langsung mendatangi rumah oknum guru tersebut tapi yang bersangkutan tidak ada di rumah," ujar Dedik, Rabu (4/10/2023).
Karena tidak bertemu dengan oknum guru yang diduga telah melakukan bullying terhadap anaknya, Dedik mengaku lalu berkonsultasi dengan kawan-kawan LSM dan besoknya ke sekolah. Sebenarnya, pihak sekolah sendiri yang minta agar masalah ini diselesaikan dengan baik -baik.
"Waktu itu pihak sekolah juga menawarkan kompensasi. Tapi karena saat itu saya sedang marah, maka semuanya saya serahkan kepada kawan-kawan (LSM) yang mendampingi saya," ujar Dedy.
Baca Juga: Kawal Anggota DPR RI, Kabag Ops Polres Kediri Kota Ditantang Duel OTK
Terkait kabar LSM dan jurnalis yang diduga melakukan pemerasan hingga puluhan juta, Dedy mengaku tidak mengetahui dan mendengar. "Kalau soal itu, saya tidak mengetahui," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, Mokh. Muhsin, mengatakan ia tidak pernah memberikan informasi terkait dengan dugaan pemerasan yang dilakukan oleh orang yang mengaku dari LSM dan jurnalis, seperti kabar yang selama ini beredar.
"Saya tidak pernah memberi keterangan atau informasi terkait adanya dugaan pemerasan tersebut. Jadi sebaiknya, tanya kepada pihak yang memberi keterangan," ujar Muhsin. (uji/git)
Baca Juga: Respons Kapolres Kediri soal Penangkapan Anggota Terlibat Kasus Narkoba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News