NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Nganjuk terus melaksanakan tugasnya, dan menekan pertumbuhan stunting pada 2024 hingga 14 persen. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencan (PPKB) Nganjuk, Nafhan Tohawi, memastikan hal tersebut.
Ia mengatakan, target itu sesuai dengan juklak dan juknis serta target dari pemerintah pusat. Bahwa Nganjuk dalam penurunan stunting tahun 2022-2023 ada penurunan dari 23,3 persen menjadi 20 persen. Dan untuk tahun 2024 targat yang harus dicapai sesuai program nasional di Nganjuk dari 20 persen menjadi 14 persen angka stunting.
Baca Juga: Panas! Saling Sindir soal Stunting hingga 'Kerpek' Catatan Warnai Debat Terakhir Pilbup Jombang 2024
Meski demikian selaku gugus tugas TPPS terus melakukan upaya-upaya dalam memperkecil munculnya stanting, bersama-sama stakeholder yang ada untuk percepatan penurunan stunting.
"Memang fokus penurunan stunting sebagai program prioritas langsung dari Pemerintah Pusat ditujukan kepada bupati/wali kota," kata Nafhan kepada BANGSAONLINE.com, Minggu (5/11/2023).
Dijelaskan, pencapaian angka penurunan di tahun ini setidaknya tidak terlepas dalam kerja keras TPPS di setiap OPD, mulai dari dinas kesehatan, dinas pendidikan, PUPR, dinas LH, dan masih banyak yang lain.
Baca Juga: Sambut Hari Kesehatan Nasional ke-60, Dinkes Kota Batu Bidik Sekolah Gelar Aksi Bergizi
"Saya masih tetap mengambil langkah yang sama, cuman ada peningkatan pola penanganan stunting agar target 14 persen di 2024 tercapai," paparnya.
Menurut dia, pihaknya akan menambah porsi pengawasan khususnya pada ibu hamil, ini yang akan menjadi target utama dalam memberikan asupan gizi yang cukup.
"Sangat jelas jika ibu saat masa kehamilan sehat maka, bayi yang dilahirkan diharapkan juga akan sehat," tuturnya.
Baca Juga: Tembus Pasar LN dan Serap Tenaga Kerja Lokal, Khofifah Apresiasi Agrobisnis Bibit Buah di Nganjuk
Sementara Dinas Kesehatan melalui Kabid Pelayanan Masyarakat I Ketut Wijayadi mengatakan, bahwa didalam TPPS tugas Dinas Kesehatan Nganjuk yaitu Interfensi sepesifik dan sensitif.
"Secara sepesifik sasaran penagulanganya dari remaja putri harus memiliki setatus gizi yang bagus," katanya.
Dijelaskan, sebenarnya ini siklus penanganan dari usia remaja putri, memasuki kehamilan, melahirkan, balita hingga hingga remaja lagi. Langkah Dinas Kesehatan dalam menginterfensi yaitu melalui Gerakan Masyarakat Remaja Putri (Gemaratri) dengan, pemberian gizi cukup dan asupan obat penambah darah. Tujuanya saat akan memasuki pernikahan mereka sudah memeiliki bekal dalam mengontrol kesehatan ibu dan anak sejak dalam kandungan.
Baca Juga: Pemkot Pasuruan Meriahkan Hari Ikan Nasional dengan Lomba Masak dan Senam Gemarikan
Langkah inilah yang sudah dilaksanakan Dinkes dan hasilnya, angka penurunan stunting turun hingga mencapat 20 % per awal 2023. Sedangkan di 2024 kemungkinan target sekala Nasional untuk Nganjuk, bisa menurun hingga 14 % dimungkinkan target tersebut bisa tercapai syukur-syukur hingga 13 % angka penurunanya.
Berdasarkan data yang di catat dari hasil laporan dari Bidan wilayah, setiap hasil bulan timbang yang di catat kemudian dihimpun Koordinator Bidan Puskesmas, dan hasilnya disusun oleh Dinkes Nganjuk.
Hasil rekap bulan Timbang September 2023 di 20 kecamatan ada 3.038 anak penderita stunting, sekitar 5,76 %, dan yang masih tergolong tinggi angka Stunting berdasarkan urutan pertama Kecamatan Tanjunganom 409 anak, Kecamatan Rejoso 338 anak, dan diurutan ketiga Kecamatan Kertosono 282 anak.
Baca Juga: Satgas TMMD 122 Gandeng Pemkab Kediri Gelar Workshop Olahan Makanan Sehat
"Saya sampaikan bahwa data yang kita keluarkan ini riel, dan kita himpun dari bawah melalui Bidan wilayah," kata Wijayadi. (bam/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News