Oleh: Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'i
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 24. Selamat mengikuti.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
TAK BERDASAR, BERTUHAN SELAIN ALLAH SWT
AL-ANBIYA : 24
TAFSIR
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Dinyatakan sebelumnya, bahwa Tuhan itu maha bisa apa-apa dan bebas melakukan apa-apa. Tidak bisa dimintai pertanggungjawaban (La yus’al ‘anh), malah Dia menuntut pertanggungjawaban kepada kita (wahum yus’alun).
Terhadap manusia yang menuhankan selain Diri-Nya, bakal sengsara nanti di akhirat. Agar mereka tidak terlanjur dalam kepurukan syirik yang menyengsarakan itu, pada ayat kaji ini Tuhan meminta argument, meminta dasar pemikiran yang logik perihal adanya Tuhan selain Diri-Nya. Apa argumennya ,: “ Hatu burhanakum..”. Bagi-Nya, Tuhan itu harus punya “al-qudrah”, kemampuan tak terbatas.
Tuhan mempu menghidupkan dan mampu mematikan, lalu menghidupkan lagi. mana ada selain Allah SWT mampu berbuat begini. Yesus, sama dengan umumnya mansuia, dia tidak bisa melahirkan dirinya sendiri, masih dilahirkan oleh ibunya.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Jika tidak ada bunda Maryam, pasti tidak ada Yesus. Begitu halnya, bunda Maryam, jika tidak ada nenek Hannah dan kakek Imran, maka pasti dia tidak akan pernah ada di dunia.
“Hadza dzikr man ma’iy wadzikr man qably”. Sesungguhya dialog ketuhanan macam ini sudah pernah terjadi zaman umat terdahulu dan hasilnya, mereka tidak pernah bisa membuktikan bahwa ada Tuhan selain Allah SWT. Meskipun demikian, mereka tetap keras kepala, tetap saja tidak mau beriman. Bahkan malah hendak menghabisi utusan Tuhan. “ ..bal aktsaruhum la ya’lamun al-haq wahum mu’ridlun”.
Paling spektakuler dan monumental adalah kasus nabi Ibrahim A.S. yang berdialog dengan raja Namrudz tentang konsep teologi yang ditawarkan oleh nabi Ibrahim A.S. perihal Sang Tuhan. Tuhan yang ditawarkan Ibrahim A.S. adalah Tuhan yang Mahakuasa, kuasa menghidupkan dan mematikan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Dalam forum debat terbuka, raja Namrudz duduk di kursi kebesaran dan di kelilingi oleh para pejabat tinggi, termasuk para dukun istana dan pengawal lengkap. Nabi Ibrahim A.S., yang sejak muda sangat pemberani dan tidak pernah gentar menghadapi kafir manapun, dengan pedenya berkata lantang seperti di atas.
Mendengar paparan Ibrahim A.S., raja Namrudz langsung berdiri dan berteriak :”pengawal, segara bawa kemari dua orang narapidana, cepat... “. Tak lama, kedua narapida itu datang dan di tempatkan di sebelah raja. Namrudz berkata kepada pengawal, :” bawa pedangmu kemari…”.
Pengawal itu memberikan pedangnya dan Namrudz langsung memenggal salah satu dari kedua narapidana tersebut hingga tersungkur, menggelepar dan mati.
Baca Juga: KPU Siapkan 3 Kali Debat Terbuka Pilgub Jatim yang Disiarkan Langsung
Sementara narapidana yang lain dibiarkan, tidak disentuh sama sekali. Namrudz, kemudian berkata :” Ha ha, kalau sekedar manghidupkan dan mematikan saja, saya bisa dan itu sangat mudah sekali. Ini buktinya, yang satu saya matikan dan yang satu saya biarkan hidup ..”.
Seisi gedung pertemuan tertawa dan memberi aplaus panjang untuk sang raja. Semua mata tertuju kepada nabi Ibrahim A.S. dengan pandangan sinis dan merendahkan, sementara nabi pemberani itu tetap berdiri sendirian, tegap dan tanpa minder sedikitpun.
Setelah tepuk sorak berhenti, riuh gemuruh mereda dan suasana hening mencekam, menunggu-nunggu apa jawaban sang Rasul mulia itu, tiba-tiba sang Rasul berkata :” Bagus, bagus, tapi, tolong hidupkan kembali narapidana yang sudah mati ini, hidupkan sekarang juga..”.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Ditohok demikian, Namrudz kelimpungan, tidak mengerti apa yang harus dikata, begitu halnya seisi istana pada diam membisu.Nabi Ibrahim A.S. yang cerdas segera memanfaatkan suasana tersebut dengan menambahi tohokan berikutnya yang sangat mematikan :” ..Kalian mengerti, bahwa Allah SWT setiap pagi menghadirkan matahari terbit dari arah timur. Jika tuan mampu, besok..terbitkan matahari itu dari arah barat..”.
“Fabuhit al-ladzi kafar..”. para kafir itu kelincutan, malu dan tidak bisa berkutik
pa-apa. Tolah-toleh koyok bedhes ketulup. Kisah ini diabadikan di dalam al- qur’an, al-Baqarah : 258 sebagai peringatan bagi siapapun yang menuhankan selain Allah SWT, maka pasti gugur.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Perkara ada agama yang meyakini bahwa Tuhan itu lebih dari satu dan agama tersebut tumbuh besar, hal itu bukan karena kebenaran konsep teologinya, melainkan karena sangat besarnya piranti pendukung. Andai tidak didukung oleh kekuasaan dan uang, maka sudah pasti gugur dulu-dulu, seperti yang dulu-dulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News