SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Kasus pembubaran pengajian di Masjid Assalam di kawasan Purimas Gunung Anyar Surabaya yang dilakukan para aktivis Ansor dan Banser (Bantuan Serba Guna) karena mendatangkan penceramah Ustadz Syafiq Riza Basalamah, Kamis (22/02/2024), terus menjadi polemik.
Bagaimana tanggapan Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya yang juga Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya?
Baca Juga: Salamul Huda Nahkodai GP Ansor Kota Probolinggo
Kepada BANGSAONLINE, Kiai Imam Ghazali Said mengajak semua pihak untuk memetakan dahwah Islam.
“Kita ini mau menyebarkan Islam atau mazhab Islam? Jika kita mau menyebarkan Islam, sebarkan sesuai mazhab yang dominan di tempat itu,” kata Kiai Imam Ghazali Said kepada BANGSAONLINE, Rabu (28/02/2024).
Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir dan Hartoum International Institute Sudan itu minta semua pihak tidak membuat gaduh.
Baca Juga: Napak Tilas Jejak Santri, Ratusan Banser di Jombang Kirab Merah Putih 300 Meter
“Sebarkan Islam yang mendorong kerukunan. Urusan mazhab keagamaan letakkan di nomor yang tak begitu penting,” kata Kiai Imam Ghazali Said yang juga pengauh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya itu.
“Untuk itulah, istilah menangkal paham atau mazhab salafi menjadi tidak urgen. Sebab, misi kita adalah menyebarkan Islam yang damai dan Rahmatan Lil 'alamin. Kita harus mengatur strategi, agar dakwah di perumahan-perumahan kaum urban bisa sukses,” tambah Kiai Imam Ghazali Said.
Apa Prof Kiai tahu karakter jemaah Masjid Assalam? “Masjid Assalam masuk ketegori masjid urban yang dibangun oleh komunitas Muslim dengan ragam latar belakang tradisi dan pemahaman keagamaan yang berbeda,” kata Kiai Imam Ghazali Said.
Baca Juga: Gandeng LBH Ansor dan KPAI, Pemkot Mojokerto Gelar Penyuluhan Hukum
Menurut dia, model masjid yang berdiri di perumahan pada umumnya tidak berkenan untuk diidentifikasi ke ormas besar seperti NU atau Muhammadiyah.
“Upaya identifikasi mesti ada, tetapi untuk saat ini belum sukses. Lah... peristiwa ini adalah bagian dari untuk menuju identifikasi tersebut. Dalam konteks masyarakat perumahan seperti ini, kajian model Basalamah yang cenderung "salafi" yang menekan hujjah dari Al-Quran dan Sunah lebih diminati. Praktik keagamaannya campur, tapi model salafinya lebih dominan,” tutur Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Islam di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.
Tapi apa benar Ustadz Syafiq Riza Basalamah itu penyebar paham Salafi?
Baca Juga: Bupati Kediri Beri Sejumlah Bantuan ke Anggota Banser Tertua di Pelantikan GP Ansor
“Sepanjang yang saya tahu Basalamah itu memiliki latar pendidikan dari KSA yang tentu telah terdoktrin sebagai da'i Wahabi-Salafi. Sebetulnya antara kaum Aswaja dan Salafi itu banyak persamannya dari pada perbedaannya,” jelas
Ia mengajak semua pihak menonjolkan persamaan ketimbang perbedaan.
“Mari kita angkat persamaannya dan kita pahami perbedaan masing-masing. Dengan demikian, kita tak menonjolkan perbedaan. Kita sebaiknya membagi tugas; ada yang bertugas menulis buku untuk menjelaskan pandangan keagamaan kaum Aswaja. Ada juga yang bertugas sebagai da'i yang isi dakwahnya adalah kerukunan, perdamaian dan saling menghormati antar pemahaman, bahkan kita harus menghormati eksistensi agama-agama di luar Islam. Insya Allah kita bisa berbicara tentang perbedaan dan saling memahami teologi Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan lain-lain yang berbeda realitanya,” ajak Kiai Imam Ghazali Said sembari menurutup pernyataan dengan Wallahu a'lam (Allah yang Maha Tahu).
Baca Juga: Roadshow ke-3 Literasi Keuangan dan Pasar Modal Syariah GP Ansor Jatim Digelar di Tuban
Sebelumnya, Ketua PAC GP Ansor Gunung Anyar, Asyiqun Nahdli menjelaskan kejadian ini bermula ketika pihaknya mengirim surat penolakan digelarnya kajian Syafiq ke pengurus masjid Assalam Puri Mas lantaran beberapa alasan.
GP Ansor dan takmir masjid kemudian melakukan mediasi yang difasilitasi oleh Polsek Gunung Anyar. Menurut Asyiqun, semua pihak sepakat pengajian dibatalkan.
"Awalnya penolakan, terus kita mediasi di polsek, kita menemukan kesepakatan tapi kesepakatan itu dilanggar. Awalnya sepakat bahwa acara ini dibatalkan ternyata di media sosial mereka masih framing bahwa acara ini tetap berlanjut," kata Asyiqun dikutip CNNIndnesia, Jumat (23/2/2024).
Baca Juga: Tokoh Senior Ansor di Kota Pasuruan Ingin Gus Ipul Lanjut 2 Periode
Mendengar kabar acara tetap digelar, Banser dan GP Ansor Gunung Anyar pun akhirnya mendatangi Masjid Assalam Purimas.
Penolakan tersebut sempat diwarnai kericuhan antara personel Banser bersama GP Ansor Gunung Anyar dengan jemaah Masjid Assalam Purimas sebanyak dua kali.
Asyiqun mengklaim sebanyak enam orang pihaknya menjadi korban pemukulan.
Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said
"Jadi adanya pemukulan. Jadi ini ada sekitar enam korban. Insiden kericuhannya dua kali, sekitar jam 17.00 WIB pertama kemudian 18.30 WIB Maghrib," ujarnya.
Asyiqun mengatakan pihaknya menolak kajian Syafiq Basalamah lantaran sudah terindikasi radikal.
"Sedangkan wilayah Gunung Anyar merupakan lumbung pesantren gudangnya ulama dengan karakter Nahdliyin," katanya.
Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...
Asyiqun mengklaim kajian yang dilakukan Syafiq Basalamah dapat menimbulkan konflik di masyarakat dan mengganggu keharmonisan di wilayah Gunung Anyar.
Menurut dia, kajian atau isi ceramah dari Syafiq Basalamah bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang dianut masyarakat Kecamatan Gunung Anyar.
"Bukan persoalan figurnya tapi karena persoalan prinsipnya dalam berdakwah karena dia menghakimi golongan lain," tegas Asyiqun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News