Ribut Nasab, Habib Muda Blasteran Kurang Berilmu-Tak Tahu Adab, Pengeritiknya Lepas Kontrol

Ribut Nasab, Habib Muda Blasteran Kurang Berilmu-Tak Tahu Adab, Pengeritiknya Lepas Kontrol Mukhlas Syarkun. Foto: dok. pribadi

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Mukhlas Syarkun, penulis buku Ensiklopedi Gus Dur, mengungkapkan bahwa ribut soal nasab habib, apakah bersambung atau tidak, kepada Rasulullah SAW,  akibat ulah segelintir , atau yang kurang mendapat pendidikan ilmu yang memadai dan tak tahu adab sopan santun.

“Karena memang rata rata tidak sekolah, hanya sedikit sekali yang berpendidikan tinggi,” kata Mukhlas Syarkun, Jumat (19/4/2024).

Menurut dia, dengan ilmu yang pas-pasan itu mereka sudah merasa seperti kakeknya (dulu) yang memiliki reputasi seorang berilmu dan rendah hati yang membuat masyarakat tertarik dan mencintai.

“Contonhnya seperti habib Sholeh tanggul habib Gresik,” kata Mukhlas memberi contoh habib yang dicintai Masyarakat.

“Habib muda dan blasteran selalu minta penghormatan lebih. Itu tercermin dari ceramah mereka. Mereka minta dihormati sebagaimana kakeknya dulu yang memang pantas dihormati karena ilmu dan kiprahnya,” tambahnya.

Menurut Mukhlas, sikap dan blasteran itu semakin tak terkendali, ditambah lagi pimpinan Rabithoh yang baru sekarang. 

"Kurang menjaga adab dan etika dalam bertutur kata. Memang agak keterlaluan, tapi yang merespons kini sudah lepas kontrol dan keterlaluan juga. Hari-hati membongkar bongkar mengaibkan leluhurnya yang tak tau menahu,” kata Mukhlas.

Mukhlas mengingatkan para pengeritik habaib. Menurut dia, jika jengkel harus pada obyeknya, terukur dan proporsional.

“Jangan orang sholeh yang sudah tenang di alam sana dan berjasa dalam dakwah, ikut dicela sedemikian rupa, dituduh pembohong dan umpatan kasar lainnya,” kata Mukhlas.

Mukhlas menyindir mereka yang mengumpat tanpa batas. “Sudah lupa falsafah Jawa-nya, mikul duwur mendem jeru,” katanya.

Bahkan, kata Mukhlas, mereka yang mengumpat kasar dan keterlaluan itu juga sudah mengabaikan sabda Nabi.

“Sabda Nabi, ceritakan kebaikan orang yang telah wafat, tak lagi jadi pegangan, karena sudah dikuasai nafsu kebencian sampai pada sumsum tulang,” katanya.

Menurut dia, sebaiknya dan saatnya kedua bela pihak menahan diri dan bermuhasabah,

“Momen Idul Fitri untuk saling memaafkan. Bukankah demikian...!!,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO