Berkeluh Kesah Penghasilan Tetap, PPDI Berharap Gus Barra Jadi Bupati Mojokerto

Berkeluh Kesah Penghasilan Tetap, PPDI Berharap Gus Barra Jadi Bupati Mojokerto Ketua PPDI Mojokerto Heru Mulyana berjabat tangan dengan Gus Barra setelah mengenakan baju seragam PPDI kepada calon bupati Mojokerto 2004 itu. Foto: bangsaonnline

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Persatuan Perangkat Desa Indonesia () Kabupaten Mojokerto menyamapaikan keluh kesal soal penghasilan mereka. Menurut mereka, selain tak sesuai dengan kerja keras mereka juga pencairannya sering terlambat. Mereka berharap Dr Muhammad Al Barra (Gus Barra) menjadi Bupati Mojokerto sehingga bisa membantu untuk menaikkan kesejahteraan mereka.. 

Harapan itu disampaikan dalam rapat koordinasi di Aula Pascasarjana Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Jumat (26/4/2024)

Ratusan itu bahkan siap all out mendukung cabup-cawabup Barra-Rizal dengan akronim Mubarok dalam Pilbup Mojokerto yang akan berlangsung pada 27 Nopember 2024 mendatang. Mereka bahkan siap menyumbangkan 100 ribu suara untuk kemenangan Barra-Rizal.

Ayo tegak lurus. Ojo tolah-toleh. Kalau untuk Jawa Timur kita tegak lurus untuk Bunda (Khofifah), kalau untuk Mojokerto kita tegak lurus untuk Gus Barra,” tegas Ketua Jawa Timur H. Sutoyo Muslih dalam rapat koordinasi di Aula Pascasarjana Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Jumat (26/4/2024).

Ia menginginkan di Mojokerto sama dengan tingkat provinsi. Yaitu mendapat honorarium. 

"Hasil perjuangan kami ke Gubernur Jatim berhasil menjadikan Jatim satu-satunya pemerintah provinsi yang berani mengeluarkan honorarium untuk se-Jawa Timur," tegas Sutoyo Muslih.

Hadir dalam acara itu Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, ayahanda Gus Barra yang juga pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto. Selain Kiai Asep juga hadir Achmady, ayahanda Muhammad Rizal Oktavian yang pernah menjabat bupati Mojokerto.

Sutoyo Muslih bahkan minta ada kesepakatan agar dukungan terhadap Gus Barra-Rizal lebih terjamin. Menurut dia, dengan , maka Siltap (Penghasilan Tetap) untuk juga aman.

Para yang tergabung dalam saat mengikuti rapat koordinasi di Aula Pascasarjana Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Jumat (26/4/2024). Foto: bangsaonline

Masalah Siltap memang menjadi problem selama ini. Bukan saja soal nilai Siltap yang kecil tapi juga cairnya sering terlambat. Tak aneh, jika dalam rakor itu masalah Siltap menjadi keluh kesah para . Apalagi untuk tahun ini di Mojokerto belum turun.

“Saya sering dijawel Pak Heru. Mojokerto tahun ini belum cair. Mohon dikawal Gus,” kata Sutoyo Muslih kepada Gus Barra yang kini menjabat wakil bupati Mojokerto. Yang dimaksud Pak Heru adalah Heru Mulyono, Ketua Mojokerto Heru Mulyono.

Padahal kerja sangat berat. Karena harus menyelesaikan semua persoalan di tingkat desa. Siang-malam. Tak kenal waktu.

“Di tengah malam (pintu) diketuk orang,” kata Heru Mulyono.

Karena itu, baik Sutoyo maupun Heru Mulyono kompak dukung Bara-Rizal. Heru Mulyono minta semua se-Kabupaten Mojokerto mendukung Gus Barra. Alasannya, jika Gus Barra terpilih jadi bupati Mojokerto mudah sekali untuk diajak komunikasi.

“Jadi kita tak perlu demo,” kata Heru Mulyono saat memberikan sambutan.

Perangkat desa di Mojokerto mencapai 3.300 orang. Mereka mengaku dihalang-halang mendukung Gus Barra.  

“Datang ke sini saja (ke acara Rakor) perlu perjuangan,” kata Heru.

Namun Heru Mulyono minta yang hadir tak usah takut. “Pun wedi-wedi. Bayarane sami (Tak usah takut, bayarannya sama,” kata Heru sembari tersenyum.

Gus Barra merespon positif keluh kesah para itu. Menurut Gus Barra, memang belum sesuai dengan tugas atak kerja berat mereka. Tapi semua itu bisa dikomunikasikan dan dimusyawarahkan.

“Asal tak melanggar aturan, agama dan norma masyarakat,” kata alumnus Universitas Al Azhar Mesir itu.

Gus Barra berjanji, jika mendapat amanah sebagai bupati Mojokerto ia akan membuka pintu lebar untuk dan masyarakat. “Insyaallah tak akan sulit menemui kami jika diberi amanah mimpin Mojokerto,” kata Gus Barra.

Sementara Kiai Asep memuji perjuangan para . Menurut dia, sesuai dengan lagu mars mereka, para adalah pejuang bangsa terdepan.

“Karena yang tahu permasalahan masyarakat adalah perangkat tingkat desa,” kata Kiai Asep juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Kiai Asep mengaku memahami kesulitan para . Karena itu, tegas dia, kita perlu berjuang untuk menegakkan keadilan agar semua yang punya potensi bisa meningkatkan karirnya. Sehingga Mojokerto maju, adil dan makmur.

Kiai Asep memberi contoh orang yang ingin masuk carik. Menurut dia, jika pemerintah Mojokerto dikelola secara adil dan benar, maka seseorang yang mau jadi carik tak perlu menyuap.

“Kalau ada orang mau jadi carik yang biarkan jadi. Tak usah bayar,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep menegaskan seorang pemimpin harus berpegang teguh pada kaidah fiqh: Tasharruful imam 'alar ra'iyyah manuthun bil maslahah. “Kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya harus diorientasikan kepada pertimbangan kemaslahatan,” katanya.

Kiai Asep juga minta kepada para yang hadir. Menurut dia, jika kelak Gus Barra ditakdir jadi bupati, informasikan problem desa kepada dirinya. Misalnya ada rumah yang tak layak huni.

“Nanti saya akan adakan bedah rumah. Biayanya dari saya pribadi, tidak dari APBD. Kan yang tahu kalau ada rumah yang tak layak huni,” kata Kiai Asep.

Senada dengan Kiai Asep minta tak usah takut. “Tak usah takut demi (kemajuan) desa kita,” katanya.

Ia menyadari para datang ke acara ini butuh keberanian dan perjuangan. Tapi perjuangan itu perlu dilakukan. “Karena memilih pemimpin itu sangat menentukan nasib kita 5 tahun ke depan,” kata bupati Mojokerto periode 2002-2008 itu.

memberikan cindra mata baju seragam kepada Gus Barra. Ketua Mojokerto Heru Mulyana.minta Gus Barra mengenakan baju seragam itu. Seketika itu juga Gus Barra mengenakan baju batik berwarna merah semi mawar itu.

Lihat juga video 'Borong Melon di Wisata Green House, Gus Barra Berharap Semakin Banyak Agrowisata di Mojokerto':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO