BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Jumlah desa di Bojonegoro yang mengalami kekurangan air terus bertambah. Dari yang semula 74 desa yang mengalami kesulitan yang tersebar di 17 Kecamatan di Kota Ledre, kini bertambah menjadi 79 desa. Hal itu disebabkan panasnya terik matahari yang terjadi pada musim kemarau tahun ini.
"Benar, desa yang mengalami kekeringan terus bertambah. Penyebabnya ya dampak el-nino atau perubahan cuaca, dari yang dingin menjadi panas," ujar Kepala Disnakertransos Bojonegoro, Adi Witjaksono, Selasa (25/8/2015).
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Menurut dia, jumlah desa yang mengalami kekeringan ini akan terus bertambah mengingat puncak kemarau di Bojonegoro yang diprediksi BMKG Jawa Timur belum terjadi. Puncak kemarau, kata dia, diprediksi pada akhir bulan September hingga awal Oktober mendatang. Sehingga, untuk mengantisipasi meluasnya desa yang terdampak kekeringan, pihaknya telah menyiapakan sebanyak 400 mobil tangki berisi air bersih.
"Desa yang melaporkan terjadi kekurangan air bersih langsung kita suplai. Kita kerahkan 400 unit mobil tangki," katanya.
Puluhan desa yang paling parah dilanda kekeringan di antaranya terletak di Kecamatan Kedungadem, Sugihwaras, Temayang, Bubulan, Gondang, Purwosari dan Gayam. Daerah itu terletak di barat dan selatan Bojonegoro. Di deaerah itu dataran tanahnya tinggi. Sehingga saat musim kemarau sumber air dari sumur sudah tidak bisa keluar.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
"Embung yang dibangun pemerintah juga sudah kering, sehingga masyarakat membutuhkan bantuan air dari tangki," paparnya.
Selain masyarakat kekurangan air bersih, sebanyak 1.906 hektar (ha) lahan pertanian di wilayah Bojonegoro juga dilanda kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Data dari Dinas Pertanian (Disperta) setempat menyebutkan, ribuan hektare lahan yang dilanda kekeringan itu tersebar di delapan kecamatan di Kota Ledre.
Delapan kecamatan itu di antaranya, Kecamatan Kanor, Kasiman, Margomulyo, Ngambon, Ngasem, Ngraho, Purwosari dan Sugihwaras. “Sebagian ada yang ditanami padi juga ada tembakau dan palawija. Tapi sebagian pertanian saat ini masih bisa diselamatkan,” ujar Sekretaris Disperta Bojonegoro, Bambang Sutopo.
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Dia mengungkapkan, meskipun musim kemarau sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir, namun kondisi pertanian tidak ada yang mengalami puso. Meskipun begitu, hasil produksi mengalami penurunan dibanding musim penghujan sebelumnya.
Data yang masuk di Dinas Pertanian pada musim penghujan tahun 2014 lalu produksi padi mencapai 6,5 ton/hektar, sementara tahun ini mencapai 7,48 ton/hektar. Untuk produksi pertanian di musim kemarau tahun 2014 lalu, lanjut Bambang, mencapai 5,56 ton/hektar, sementara tahun ini mencapai 5,766 ton/hektar. (nur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News