SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Bencana Hidrometeorologi khususnya longsor yang sering terjadi di Indonesia menyadarkan banyak pihak akan pentingnya alat pendeteksi sebagai upaya mitigasi. Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) Surabaya menciptakan alat sistem peringatan dini longsor.
Pembuatan alat tersebut dibiayai oleh dana Hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek Tahun Pendanaan 2024. Alat tersebut kini sudah diserahkan dan dipasang belum lama ini, di desa penerima manfaat program, yakni Desa Belik, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Baca Juga: Gereja Puhsarang Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Bidang Struktur Tingkat Nasional
Desa Belik diketahui merupakan sebuah kawasan yang punya risiko akan terjadinya gerakan tanah (longsor). Tim yang menciptakan alat sistem peringatan dini longsor ini dipimpin oleh Moch Shofwan dengan anggota Dian Majid dan M Nushron Ali Muchtar.
Mereka adalah Dosen Unipa Surabaya. Moch Shofwan mengatakan bahwa penanganan kebencanaan terutama tanah longsor, harus mengedepankan fungsi teknologi dan peran serta masyarakat.
"Dan tentunya harus memilih aplikasi yang reliable, efektif, serta terukur," kata dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Unipa Surabaya melalui keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com, Kamis (12/9/2024).
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Terima Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek
Shofwan menjelaskan, alat sistem peringatan dini longsor yang dibuat oleh timnya, menggunakan banyak unsur teknologi. Mulai informasi keruangan (spatial) berbasis webGIS, hingga supplay kelistrikan yang bersumber dari panel surya.
Tak hanya itu, agar dapat melihat hasil deteksi dini longsor, masyarakat cukup dapat infomasi dari blasting pada kotak Pusdatin (pusat data dan informasi) yang dipasang di balai desa dan digerakkan serta dioperasikan oleh komunitas warga desa.
"Jadi benar-benar kami mudahkan, sehingga konsep komunitas yang peduli terhadap kebencanaan tersebut dapat menjadi satu kesatuan," jlentreh Shofwan yang juga anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI).
Baca Juga: Tujuan Pemkot Kediri Undang Kepala Sekolah dan Operator BOS Ikuti Sosialisasi
Anggota tim pencipta alat sistem peringatan dini longsor, Dian Majid menambahkan, berkaitan dengan pentingnya pembuatan peralatan yang fokus pada bidang lingkungan. Menurut dia, lokasi tempat penerima manfaat merupakan kawasan yang risiko akan terjadinya longsor.
Ia menyebut, bahwa kasus bencana tertinggi selama ini, kategori bencana Hidrometeorologi, yang di dalamnya termasuk bencana tanah longsor. Sementara itu, anggota tim lainnya, M Nushron Ali Muchtar menambahkan, fokus tujuan dan sasaran penelitian ini pada dua hal. Pertama, mengembangkan sistem peringatan dini longsor lahan Buana EWS.
"Kedua, yakni meningkatkan pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat di kawasan rawan bencana," ucap Nushron.
Baca Juga: Pemkot Kediri Gelar Pelatihan Pengembangan Konten Digital untuk Guru
Sementara itu, Kepala Desa Belik, Morsidi, mengucapkan banyak terima kasih kepada Tim Unipa Surabaya dan Kemendikbudristek yang sangat proaktif membantu masyarakat desa, baik sosialisasi untuk edukasi mitigasi maupun juga secara nyata memberikan bantuan peralatan.
“Peralatan ini semoga bermanfaat bagi masyarakat kami. Tentunya informasi kebencanaan secara dini, akan dapat memberikan peringatan kepada warga agar bisa mawas diri," paparnya. (sta/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News