KOTA MOJOKERTO,BANGSAONLINE.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Mojokerto membentuk team work untuk mengatasi kasus Anak Tidak Sekolah (ATS).
Sejauh ini, organisasi pemerintah yang menangani pendidikan dasar menengah tersebut masih belum bisa memastikan jumlah problem sosial ini karena pendataan yang baru berjalan.
Baca Juga: Pj Ali Kuncoro dan Ketua DPRD Kota Mojokerto Tinjau Logistik KPU Jelang Pilkada Serentak 2024
Tim ini bakal melibatkan sejumlah pihak diantaranya dari unsur TNI, Polri, Bappeda, hingga kelurahan. Dikbud juga mengikutsertakan psikolog untuk penanganan kasus ATS.
Selain itu, Dikbud turut menggandeng Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Majapahit, lembaga pendidikan non formal yang akan memfasilitasi penyetaraan pendidikan kejar paket A, B dan C.
"Saat ini kami konsen pada penanganan ATS. ATS merupakan salah satu kelompok rentan yang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat dengan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kemiskinan, pengangguran, dan berbagai masalah sosial lainnya," ujar Kepala Dikbud Kota Mojokerto, Ruby Hartoyo, Rabu (16/10/2024).
Baca Juga: Kota Mojokerto Mulai Uji Coba Makan Bergizi Gratis Bagi 14 Ribu Siswa SD-SMPN
Sasaran program ATS meliputi 3 kategori, lanjutnya, yakni mereka yang belum pernah sekolah, anak drop out, dan anak lulus tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Mereka yang tidak mampu melanjutkan akan difasilitasi pemda agar bisa meneruskan pendidikannya," imbuhnya.
Penyebab putus sekolah ada beberapa faktor. Mulai dari faktor orang tua yang dua duanya bekerja, broken home, pernikahan muda serta anak yang punya kecenderungan tidak taat.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Gelar Puncak Peringatan HUT ke-79 PGRI dan Hari Guru Nasional 2024
Untuk mengetahui jumlah dan penyebab kasus ATS, Dikbud akan menyisir kelompok ini di bawah.
Menurutnya, tim di tingkat kelurahan akan melakukan pendataan dan selanjutnya menginput ke aplikasi ATS mengenai jumlah dan penyebab ATS.
Program ATS ini mulai diluncurkan tahun 2024. Diharapkan penanganan kasus ini akan mengatasi problem sosial di masa mendatang.
Baca Juga: Punya Bukit Teletubbies, TPA Randegan Serap Kunjungan Wisata Daerah
Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan bantuan pendidikan dan dukungan psikososial kepada anak putus sekolah dan keluarganya.
"Penanganan kasus ini dilihat kasus per kasus. Kalau misalnya kecanduan game, ya nanti kita libatkan psikolog dan kita arahkan agar mereka dapat kembali ke sekolah," pungkasnya. (yep/van)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News