Bupati dan Wabup Situbondo ungkap Penyebab Disharmonisasi antar Keduanya

Bupati dan Wabup Situbondo ungkap Penyebab Disharmonisasi antar Keduanya Mantan Bupati beserta istri (kiri) dan mantan wakil Bupati beserta istri (kanan) saat acara lepas pisah. (foto: hadi prayitno/BANGSAONLINE)

SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Acara lepas pisah mantan Bupati Situbondo Dadang Wigiarto dan mantan wakil Bupati Situbondo Rachmad dihadiri oleh segenap pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan forum pimpinan daerah (forpimda) yang dilaksanakan di Pantai Pasir Putih Situbondo, tadi malam (8/9) diwarnai cerita disharmonisasi yang terjadi di antara keduanya selama memimpin.

Dalam pidato perpisahannya, mantan orang nomor satu di Situbondo yang saat ini kembali mencalonkan diri sebagai calon Bupati ini mengakui adanya disharmonisasi antara dirinya dengan mantan wakilnya. Menurutnya, disharmonisasi tersebut dipicu oleh persoalan pribadi meskipun Dadang tidak menceritakan masalah pribadi yang dimaksud.

Baca Juga: Program Sehati Bung Karna, Kepala Desa Curah Tatal Ingin Keberlanjutan

“Mungkin saya dengan pak Rahmad ada problem mungkin, secara pribadi mungkin, tetapi Insya Allah semuanya yang terbaik,” kata dadang dalam pidatonya.

Dalam pidatonya, Dadang juga menyampaikan permohonan maafnya kepada forpimda dan seluruh SKPD serta seluruh pimpinan lembaga yang telah bekerjasama. “Saya sekali lagi memohon maaf manakala selama bergaul ada salah dan khilaf. Perjuangan, pengabdian dimana pun tempatnya sama asalkan kita mempunyai niat dan cita-cita yang luhur," ujarnya.

Sementara itu, dalam pidato perpisahannya, mantan wakil bupati Rachmad, menyapa Dadang dengan panggilan mas, yang diakuinya sudah empat tahun tidak pernah dilakukan. “Juga tidak lupa saudara mas Dadang Wigiarto beserta Ibu. Saya sudah empat tahun tidak panggil mas,” kata Rachmad dalam pembukaan pidatonya.

Baca Juga: Komitmen Jadi Rujukan di Wilayah Barat, RSUD Besuki Bangun CSSD dan Belanja Alat Medis

Racmad kemudian menceritakan perjalanan pencalonan dirinya yang dikawinkan dengan Dadang untuk maju dalam pilkada pada lima tahun silam yang dianalogikan sebagai seorang suami istri atas pinangan Abu Rizal Bakri selaku ketua umum Golkar kepada salah satu tokoh yang mengusung Dadang sebagai calon Bupati pada lima tahun silam.

“Ketika kita bicara suami istri, maka bicara hak dan kewajiban seorang suami dan seorang istri. Dan kunci keharmonisan rumah tangga, dan kunci keharmonisan pemimpin itu menurut saya ada tiga. Harmonis itu apabila ada pembagian rejeki yang proporsional di atara pemimpin itu, ada pembagian tugas yang proporsional di antara pemimpin itu, dan yang ketiga ada pembagian wanita yang jelas. Wanita bukan dalam arti istri-istri yang lain, karena kalau Bupati dan wakil bupati istrinya pasti ketua penggerak PKK dan wakil ketua penggerak PKK,” kata Rachmad.

“Tujuh bulan pertama ada salah satu tokoh agama melalui ketua DPRD Bondowoso meminta saya untuk mundur dari wakil Bupati. Pada saat itu saya sampaikan, tolong sampaikan kesalahan saya, persoalan mundur gampang,” kisahnya.

Baca Juga: Festival Kopi dan Tembakau 2024 di Situbondo, Perusahaan Asal Malang Transaksi Tembakau Besuki

Diakhir pidatonya, setelah menyampaikan permohonan maaf, Rahmad menyampaikan pantun berbahasa Madura yang mengejutkan, karena Dadang saat ini kembali menyalonkan diri menjadi calon wakil bupati Situbondo periode 2015-2020.

“Ka deje entara Ngarakat, ollena sapolo tembe, sadeje masyarakat ampon sepakat, Situbondo bektona aobe (ke utara mau ngarakat, dapatnya sepuluh timba. Seluruh masyarakat sudah sepakat, Situbondo waktunya berubah),” pantun Rachmad. (had/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO