Serangan pada Khofifah Diduga Terkait Pilpres 2029: Kiai, Nyai, Guru Besar Salat Malam & Istighatsah

Serangan pada Khofifah Diduga Terkait Pilpres 2029: Kiai, Nyai, Guru Besar Salat Malam & Istighatsah Tampak Prof Dr KH Asep Saifuddin Challim, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk dan Khofifah Indar Parawansa saat doa bersama dan salat malam di kediaman Ning Imah, salah seorang putri Kiai Asep di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Rabu (17/4/2025) malam. Foto: MMA/bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, merasa gerah dengan gangguan para buzzer dan influencer yang belakangan menyerang Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu meyakini bahwa di balik serangan yang sangat gencar itu ada aktor politik yang sengaja ingin menjatuhkan kredibilitas Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Karena itu Asep mengundang sejumlah kiai, nyai dan guru besar serta pengasuh pondok pesantren untuk mendoakan Gubernur Khofifah.

“Kita harus melindungi Ibu Khofifah Indar Parawansa dari serangan-serangan itu karena beliau simbol idealisme kita, yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah atau Islam rahmatan lil’alamin,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di depan para kiai, nyai, guru besar dan pengasuh Pondok Pesantren yang berkumpul di kediaman Ning Imah, salah seorang putri Kiai Asep di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Rabu (17/4/2025) malam.

Acara itu dihadiri oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Ketua Umum Pembina Pimpinan Pusat Muslimat NU itu datang setelah serangkaian acara munajat (proses spiritual atau doa mengharap bantuan dan ridha Allah SWT) selesai karena masih menerima Delegasi Tomsk Rusia di Gedung Negara Grahadi.

"Acara ini kita adakan seminggu sekali atau dua minggu sekali," kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu.

Pantauan BANGSAONNLINE di lokasi, para kiai, nyai dan guru besar yang hadir, antara lain, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk dari Mesir, KH Hisyam Syafaat, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blok Agung Banyuwangi, KH. Yazid Karimullah, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qarnain di Desa Baletbaru, Sukowono, Jember, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid dari Pesantren Tebuireng Jombang, Nyai Hj Machfudloh Aly Ubaid, Pengasuh Ribath Al-Lathifiyyah Satu Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Juga hadir Prof Achmad Muzakki, PhD, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Dr Ahmad Sruji Bahtiar, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Prof Dr KH Imam Ghazali Said, pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya, dan Prof Masdar Hilmy, mantan Rektor (UINSA) Surabaya.

Selain mereka juga hadir KH Muchlis Muhsin, pengasuh Pondok Pesantren Al Anawar Modung Bangkalan, KH Hamid Mannan, pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Ihsan Pamekasan, Madura, Dr KH Ahmad Sujak, Kepala Pengelola Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Prof Mas'ud Said, PhD, Direktur Pascasarjana Unisma Malang, Prof Dr Abdul Halim Soebahar, Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, KH Muchlis Alawy, Sampang Madura, dan Dr KH Akhmad Jazuli, Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur.

Tampak juga Kartika Hidayati, Ketua PC Muslimat NU Lamongan, Lilik Fadhilah, Ketua PC Muslimat NU Surabaya, Ketua PW Pergunu Jatim Abdul Mujib dan lainnya.

Acara munajat itu diawali salat Isya’ berjemaah. Kemudian Kiai Asep memimpin shalat hajat sebanyak 12 rakaat dengan 6 kali salam. “Menurut Imam Ghazali, salat hajat ini ma’shur. Berarti pernah dilakukan sahabat Nabi,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa jika kita melaksanakan shalat hajat 12 rakaat itu tak ada doa yang tidak dikabulkan Allah SWT.

Usai salam rakaat yang ke-12 Kiai Asep mengajak sujud. Saat sujud itulah Kiai Asep memimpin doa sekaligus permohonan kepada Allah SWT. Pantauan BANGSAONLINE, sujudnya cukup lama. Sekitar 20 menit.

Setelah salat malam Kiai Asep mengajak para kiai, nyai dan guru besar istighotsah dan berdoa. Acara doa itu dipimpin secara bergantian, termasuk oleh para guru besar. Setidaknya, ada tiga guru besar yang diminta Kiai Asep memimpin doa. Yaitu Prof Dr Masdar Hilmy, Prof Achmad Muzakki, PhD, dan Prof Dr KH Imam Ghazali Said. Selebih doa malam itu dipimpin para kiai dan Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk dari Mesir.

Acara doa bersama itu dipungkasi Kiai Asep dengan membaca hizib nashor. Kiai Asep mengambil langkah spiritual atau munajat untuk menghadapi serangan orang-orang yang gencar melakukan kampanye hitam terhadap Gubernur Khofifah sebagai bentuk tawakkal.

“Ini bentuk tawakkal kita,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu sembari menyatakan bahwa kita tetap melakukan ikhtiar teknologi dan politik untuk meluruskan orang-orang yang punya niat tak baik terhadap Gubernur Jawa Timur.

Kiai Asep berharap orang-orang yang mengganggu Gubernur Khofifah itu segera menyadari kesalahannya dan memerbaiki diri. “Atau mendapat teguran dari Allah SWT,” harap Kiai Asep yang pada bulan suci Ramadan lalu membagikan 48.000 bingkisan sedekah untuk warga Mojokerto dan sebagian warga Surabaya.

Menurut Kiai Asep, akun mereka sudah terdeteksi. “Ada 24 akun yang sudah terdeteksi,” tegas kiai miliarder tapi dermawan itu di depan para kiai yang hadir dari berbagai wilayah Jawa Timur.

Sementara Gubernur Khofifah mengaku sudah mendapat penjelasan dari para pakar komunikasi di Jakarta terkait maraknya serangan terhadap dirinya. Menurut para pakar komunikasi itu, tutur Khofifah, serangan itu terkait dengan Pilpres 2029.

“Tahun 2029 {Pilpres) sudah dimulai, Kiai,” kata Khofifah mengutip pernyataan para pakar komunikasi. Ia mengaku heran. Padahal dirinya baru satu bulan dilantik.

Acara yang dipandu Muhammad Ghofirin, Sekjen JKSN,  itu diakhiri dengan ramah tamah.