
Oleh: H. Maulana Sholehodin, TAPM Kab. Pasuruan
PERTIWI
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا...
Nyaris kefakiran menjelma menjadi kekufuran (Hadits Nabi).
Ketika kekufuran dimaknai sebagai realitas yang berpotensi "menutupi kebenaran", maka agama mengingatkan kita semua untuk mewaspadai bahayanya ancaman kekafiran (miskin materi atau jiwa).
Kufur merupakan perilaku lawan dari syukur. Kufur bukan saja menolak keberadaan Tuhan, tapi juga menolak atau memungkiri kenyataan nikmat yang Allah berikan di sekitar kita.
Kemiskinan tak hanya berkaitan dengan "lemahnya" kondisi ekonomi atau dimensi materi semata. Lebih dari itu, kondisi psikologis yang selalu merasa kurang.
Secara empirik, kadang ketidakstabilan ekonomi berpengaruh pada ketidakstabilan mentalitas yang berpotensi 'memperdayanya' dalam ragam bentuk perilaku yang menyimpang, bahkan dengan sengaja mempertaruhkan harga diri dan moral.
Dalam konteks ini, ikhtiar pembentukan Koperasi Merah Putih dan BUMDes digagas untuk menghindari kafakiran yang berujung kekufuran. Demi berdayanya desa Jayanya Nusantara.