
PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Gubenur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, menghadiri Coaching dan Pendampingan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dan Ma’had Aly Se-Madura, yang digelar oleh Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) di Pondok Pesantren Al Hamidy, Banyuanyar, Pamekasan, Jumat (23/5/2025) Malam.
Acara ini menjadi bukti komitmen Pemprov Jatim dalam mendorong pemerataan akses beasiswa, khususnya bagi kalangan santri dan mahasiswa keislaman di Madura. Selama lima tahun terakhir, Pemprov Jatim telah menggelontorkan 5.683 beasiswa. Di tahun ini, sebanyak 1.193 beasiswa kembali disiapkan.
Ketua LPPD Jatim, Abd. Halim Soebahar, mengatakan bahwa pendampingan ini menjadi sangat krusial, mengingat rendahnya tingkat akses beasiswa oleh lembaga pendidikan Islam di Madura.
“Di Madura ini ada 33 perguruan tinggi keagamaan Islam, tapi hanya lima yang bisa mengakses beasiswa. Sementara dari lima Ma’had Aly, hanya dua yang bisa mengakses. Ini menunjukkan ada kesenjangan yang perlu ditangani secara serius,” Katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan salah satu hambatan utama adalah status akreditasi serta ketidaksiapan lembaga dalam menggunakan sistem aplikasi digital untuk pengajuan beasiswa.
“Kami mendorong seluruh lembaga membentuk tim percepatan akreditasi. Karena kerja borang itu tidak langsung terlihat hasilnya, tapi itu penentu akses program beasiswa,” ujar Halim.
Halim menuturkan, program ini menjadi wujud nyata pemerintah terhadap dunia pesantren.
“Ini bagian dari jihad intelektual kita bersama, mencetak SDM unggul di lingkungan keagamaan,” tuturnya.
LPPD Jatim berkomitmen akan terus mengawal proses ini, agar target minimal 50% institusi di Madura bisa mengakses beasiswa Pemprov di masa mendatang.
Sementara itu, Khofifah menekankan bahwa akses beasiswa bukan soal kuota, melainkan kesiapan institusi.
“Lima tahun terakhir, kami keliling dari Tapal Kuda sampai Madura. Banyak yang ingin mengakses beasiswa, tapi terganjal karena belum terakreditasi. Maka dari itu, akreditasi itu penting. Mahasiswa itu sah jika dikirim dari kampus yang sah pula,” ujar Khofifah.
Ia juga menegaskan bahwa Pemprov Jatim membuka pintu seluas-luasnya untuk semua lembaga pendidikan, tanpa sistem jatah.
“Semua boleh mengakses, nggak pakai jatah-jatahan, yang penting memenuhi syarat, terutama akreditasi,” ungkap Khofifah.
Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan bahwa santri memiliki peran krusial dalam pembangunan bangsa, tidak hanya sebagai penjaga moral dan spiritual, tetapi juga sebagai calon pemimpin masa depan.
“Santri adalah aset intelektual bangsa. Dengan pendidikan tinggi, mereka akan menjadi generasi visioner yang berakhlak dan berkontribusi bagi masyarakat,” katanya.
Khofifah menekankan bahwa pesantren adalah pusat pembentukan karakter unggul.
“Kita sedang menyiapkan SDM yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas. Pesantren adalah tempat terbaik untuk mencetak generasi seperti ini,” tegasnya.
Kegiatan pendampingan ini menjadi yang pertama dilakukan di Madura dalam lima tahun terakhir, dan diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan lebih luas dari institusi pendidikan keagamaan di Pulau Garam dalam berbagai program strategis Pemprov Jatim, terutama di sektor pendidikan. (dim/msn)