Kontroversi Hasil Akhir Klasmen Grup A, Tim Sepak Bola Putri Kota Batu dan Jember Layangkan Protes

Kontroversi Hasil Akhir Klasmen Grup A, Tim Sepak Bola Putri Kota Batu dan Jember Layangkan Protes Pertandingan sepak bola putri Porprov IX Jatim

KOTA BATU,BANGSAONLINE.com - Cabang olahraga sepak bola putri di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025 menuai kontroversi.

Tim sepak bola putri Kota Batu dan Jember mengajukan protes setelah penentuan klasemen akhir grup A yang dianggap tidak adil dan melanggar regulasi yang ada.

Diketahui, tim Putri Kota Batu, Kabupaten Jember, dan Banyuwangi, semuanya mengumpulkan lima poin. 

Akan tetapi, hasil akhir yang diumumkan, panitia penyelenggara menyatakan tim Banyuwangi sebagai juara grup.

Sementara Kota Batu menduduki posisi runner-up, dan Kabupaten Jember berada di posisi ketiga. Keputusan tersebut dianggap bertentangan dengan regulasi yang seharusnya diterapkan.

Kepada wartawan, Pelatih Kiper Tim Putri Kabupaten Jember, Rosi Endang, menegaskan kekecewaannya. 

“Kami dari pihak Jember protes. Sekarang teman-teman dari tim masih terus protes ke Asprov Jatim,” ujar Rosi. 

Kekecewaan ini mewakili suara banyak pihak yang merasa bahwa peraturan harus ditegakkan demi keadilan dalam sportivitas.

Wakil Ketua Askab PSSI Jember Geram

Senada dengan Rosi , Wakil Ketua Askab PSSI Jember, Andik Slamet menyampaikan unek-uneknya soal nasib timnya yang mendadak out dari persaingan. Padahal secara hitung-hitungan, tim sangat layak melaju.

"Dasar kami adalah THB. Tapi anehnya, itu tidak dipakai oleh Technical Delegate (TD),"ujarnya

Lanjut dia, jika dihitung fair play pun Jember juga masih lolos, dengan 1 kartu merah dan 1 kartu kuning. Sedangkan Banyuwangi 1 kartu merah dan 2 kartu kuning.

"Kalau bicara fair play, ya itu acuannya. Jadi kami bingung, parameternya pakai apa?," ungkapnya.

Dia melihat, muncul ketentuan baru, yakni ada klasemen kecil dan ada klasemen besar. Padahal menurut Andik hal tersebut tidak tertulis dalam THB. Tidak ada poin yang menyebut soal itu.

"Ini kan jadi aneh. Kita tahunya hanya ada klasemen besar, kok tiba-tiba muncul klasemen kecil yang menentukan siapa lolos? Tidak ada itu di regulasi," keluhnya.

Kota Batu pun disebut ikut jadi korban dari keputusan janggal ini.