Janda Tua di Kanor Bojonegoro Kaget Rumahnya 'Disulap' Anggota TNI

Janda Tua di Kanor Bojonegoro Kaget Rumahnya SEPERTI BARU: Mbah Rasmining tampak sedang duduk di teras rumahnya. Rumah janda tua itu tampak mengkilat pasca direhab oleh anggota TNI pada kegiatan TMMD ke-95 kemarin. foto: eky nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Perempuan renta itu sedang duduk-duduk di teras rumahnya, Minggu siang (01/11/2015). Sambil memegang sapu lidi, sesekali perempuan tua itu melihat ke atap rumahnya. Perempuan itu sedang istirahat usai membersihkan kotoran di pekarangan kediamannya.

Nenek renta itu bernama Rasmining janda asal Dusun Mejasem, Desa Bakung, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro. Saban hari, perempuan uzur itu mengaku sering memperhatikan kondisi rumahnya. Dia bukan khawatir rumahnya akan roboh, bahkan menimpanya, melainkan dia takjub rumahnya yang berukuran 6x3 meter itu seolah disulap oleh para perajurit Tentara Nasional Indonesia ().

Baca Juga: Polsek Prajurit Kulon Ikuti Peluncuran Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan

"Rumah saya habis dibangun pak ABRI nak (tentara,red)," ujar Rasmining saat ditemui BANGSAONLINE.com di rumahnya.

Ya, rumah Mbah Ras, sapaan akrabnya, itu usai direnovasi oleh anggota pada kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-95 yang berlangsung selama 21 hari di desa setempat. Rasmining adalah salah satu contoh potret kemiskinan di Kecamatan Kanor, khususnya di Desa Bakung.

"Sebelumnya saya hanya bisa membayangkan dan terus berharap, kapan saya punya rumah yang layak untuk ditempati," katanya lirih.

Baca Juga: Kapolri dan Panglima TNI Luncurkan Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan di Sidoarjo

Rasmining tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Nafasnya memburu menahan tangis yang seakan hendak meledak saat mengenang rumah reyot yang dihuni bersama satu anak dan satu cucunya bernama Fadil, 4 tahun.

Rasmining berkisah, rumahnya yang dihuni dulu hanya berkontruksikan kayu bambu. Itu pun dindingnya sudah banyak yang berlubang dan lapuk, bahkan di sebagian atapnya juga banyak yang bolong. Jika di musim hujan, janda tua itu bergulat melawan dinginnya udara yang menerobos rumah tanpa ampun.

"Mau memperbaiki tidak punya biaya. Buat makan saja masih kurang. Dua anak saya sudah hidup sendiri, yang satu ikut saya, tetapi tidak bekerja," katanya.

Baca Juga: Purnawirawan TNI-Polri Deklarasi Dukung Khofifah Menang Pilgub Jatim di Gedung Juang Surabaya

Karena kondisi itulah, membuat mbah Rasmining yang meski usianya hampir mendekati 70 tahun, tetap berjuang mengais rezeki. Dia mencari nafkah dengan cara ngasak (mencari sisa gabah saat panen, red). Sementara di musim tanam dia mendapat upah dari menanam padi. Itu pun tidak selalu di musim tanam. "Hasil ngasak saya jual buat belanja, sebagian saya bawa pulang untuk makan," ceritanya.

Pendapatannya dari pekerjaan-pekerjaan itu tak seberapa. Tak jarang Rasmining harus mengurangi jatah makan dirinya dan anak serta cucunya. Kerap kali mereka hanya makan satu kali sehari agar raskin (beras bantuan dari pemerintah) yang dimilikinya bisa dihemat. Hidup serba kesulitan itu membuat Nek Rasmining tak bisa memperbaiki rumah yang diwariskan orang tuanya 25 tahun silam.

"Beras bantuan itu pernah saya jual dan uangnya saya serahkan ke orang yang katanya bisa membuat proposal bantuan rumah dari pemerintah. Rumah yang lama entah berapa ratus kali sudah difoto, katanya mau diberi bantuan, tapi tak pernah ada," ujarnya pilu.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Ngawi Gelar Sosialisasi Netralitas ASN, TNI dan Polri

Mimpi-mimpi Rasmining itu saat ini terjawab. Seolah dia mendapat anugerah dari Tuhan. Dua bulan lalu, dia dikabarkan oleh tetangganya jika rumahnya akan dibangun. "Saya seolah tidak percaya pas dikasih tau tetangga kalau rumah ini akan dibangun, saya juga tidak bertanya siapa yang akan membangun," ceritanya.

Kini, Rasmining tinggal di rumah yang layak huni. Rumah yang dulunya reyot kini tampak gagah. memperpadukan kontruksi kayu jati dan batu. Yang dulunya didingnya anyaman kayu bambu, kini diganti separo tembok separo kayu jati. "Dari dulu lantainya tanah, tapi sekarang di cor (di semen,red)," katanya.

Kebahagian menempati rumah layak huni bukan hanya dirasakan Rasmining seorang. Melainkan puluhan anggota keluarga miskin lainnya di desa setempat. Pada kegiatan TMMD itu, merenovasi sebanyak 25 RTLH. Kegiatan yang berlangsung selama 21 hari itu telah menuntaskan beberapa program pembangunan. Program yang paling penting pada TMMD itu yakni bedah rumah bagi warga miskin di desa setempat.

Baca Juga: Pj Bupati Jombang Hadiri Peringatan HUT ke-79 TNI

"Ada sebanyak 25 unit rumah tak layak huni yang kita bedah (renovasi,red)," ujar Dandim 0813 Bojonegoro, Letkol Kav Donova Pri Pamungkas usai upacara penutupan TMMD ke-95, Kamis (28/10) lalu.

Pada TMMD ini, kata dia, pihaknya mengusung enam program utama, diantaranya pavingisasi jalan poros desa, jalan lingkung, renovasi rumah, renovasi mushola, renovasi jembatan dan saluran irigasi pertanian. "Program non fisik ada penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan pelayanan pembuatan SIM gratis oleh Polres Bojonegoro," paparnya. (nur/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video '3 Prajurit TNI Gugur Akibat Baku Tembak di Papua':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO