Musaffa’ Safril
MALANG,BANGSAONLINE.com - Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Jawa Timur, H. Musaffa’ Safril, menyampaikan pidato pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) GP Ansor Jawa Timur di Kota Malang.
Dalam sambutannya, ia menyoroti nasib petani tembakau di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, yang dinilainya belum mendapatkan perhatian layak dari negara.
“Negara berutang besar kepada petani tembakau,” tegas Safril di hadapan seluruh pimpinan cabang GP Ansor se-Jawa Timur. Ia menyoroti fakta bahwa penerimaan negara dari cukai hasil tembakau pada 2024 mencapai Rp216,9 triliun, melampaui pendapatan negara dari sektor migas maupun dividen BUMN.
“Tahun 2024, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau mencapai Rp216,9 triliun, angka yang mengungguli migas dan BUMN. Dan lebih dari separuhnya disumbang oleh Jawa Timur,” kata Safril, Ahad (9/11/2025).
Musaffa kemudian memaparkan tiga sektor utama penyumbang pendapatan negara. Pertama, cukai hasil tembakau sebesar Rp216,9 triliun.
Kedua, sumber daya alam (migas dan nonmigas) sebesar Rp207 triliun. Ketiga, dividen BUMN sebesar Rp85,8 triliun.
Namun, di balik capaian besar itu, Safril menilai terdapat paradoks yang menyakitkan. “Negara menikmati, tapi petani merana,” ujarnya.
Menurutnya, kontribusi besar sektor tembakau belum sebanding dengan kesejahteraan para petani yang menjadi penopangnya.
Ia menegaskan bahwa selama ini kebijakan pemerintah belum sepenuhnya berpihak pada petani, padahal mereka adalah fondasi utama industri yang menopang ratusan triliun rupiah pemasukan negara setiap tahun.
“Ansor tidak boleh diam. Kita harus berdiri bersama para petani tembakau. Mereka adalah bagian penting dari kekuatan ekonomi bangsa, tapi sering kali paling terpinggirkan,” tegas Safril.
Lebih jauh, ia menyoroti kenyataan bahwa perokok terbesar di Indonesia berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (Nahdliyin), termasuk kader Ansor.
Ia menyampaikan bahwa hal ini seharusnya menjadi kesadaran bersama tentang kontribusi nyata warga NU terhadap perekonomian negara.
“Kalau kita jujur, perokok terbesar di negeri ini adalah warga NU, dan di dalamnya ada Ansor. Maka artinya, kita ini sebenarnya investor utama pendapatan negara dari cukai tembakau. Tapi ironisnya, petani yang menanam tembakau justru belum menikmati kesejahteraan yang layak,” ucap Musaffa disambut tepuk tangan peserta.
Karena itu, Ketua PW Ansor Jatim mendorong agar Muskerwil kali ini tidak hanya menjadi forum administratif, tetapi juga melahirkan rekomendasi kebijakan konkret untuk memperjuangkan keberpihakan terhadap petani tembakau.
Ia mengusulkan pembentukan forum khusus dalam Muskerwil untuk membahas isu tembakau secara mendalam serta merumuskan langkah strategis Ansor ke depan.
“Semangat Muskerwil Ansor Jawa Timur adalah semangat keberpihakan. Kalau negara saja hidup dari keringat para petani tembakau dan uang dari kantong warga Nahdliyin, maka Ansor harus menjadi suara mereka. Kita harus memastikan kebijakan negara berpihak pada kesejahteraan petani, bukan hanya pada angka-angka pendapatan,” tuturnya.
Safril juga mengajak seluruh kader Ansor di Jawa Timur menjadikan perjuangan ekonomi rakyat sebagai bagian dari gerakan keumatan dan kebangsaan.
Menurutnya, keberpihakan kepada petani merupakan wujud nyata pengamalan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dalam memperjuangkan kemaslahatan sosial.
“Menolong petani, memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil itulah bentuk jihad sosial Ansor hari ini,” pungkasnya. (mdr/van)








