LONDON, BANGSAONLINE.com - Ternyata kepercayaan di kalangan nasrani di Inggris meragukan keberadaan Yesus. Sebuah hasil survei di Inggris mengungkapkan bahwa 40 persen masyarakat di Negeri Ratu Elizabeth tidak percaya bahwa Yesus benar-benar merupakan manusia.
Meski demikian, sedikitnya 43 persen responden yang ditanya mengatakan percaya pada kebangkitan kembali. Namun, banyak yang berpendapat kebangkitan kembali tidak terjadi seperti gambaran dalam Alkitab.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Sigi yang digelar terhadap 4.000 responden Church of England atau Gereja Inggris ini juga menemukan bahwa meski 57 persen responden menggolongkan diri sebagai nasrani, tak lebih 10 persen yang pergi ke gereja.
Banyak cerdik pandai sepakat bahwa Yesus memang benar-benar manusia, yang hidup di Galilea lebih dari dua ribu tahun lalu. Namun, banyak perincian mengenai kehidupannya masih diperdebatkan.
Survei dari Church of England ini menemukan empat dari 10 orang tidak mempercayai Yesus benar-benar manusia. Seperempat dari mereka yang berusia 18-34 tahun meyakini bahwa Yesus tokoh mitos atau fiksi.
Baca Juga: Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi
Sigi ini bagian proyek penelitian terhadap umat Kristen yang mempraktikkan agama mereka dan masyarakat yang lebih luas. Setelah umat nasrani, kelompok terbesar yang diidentifikasi dalam survei adalah ateis (12 persen), agnostik (9), muslim (3), Hindu dan Yahudi (2).
Sementara Eva Brunne, uskup wanita dari Stockholm punya usul kontroversial. Ia minta gereja di parokinya mencopot tanda salib diganti tanda ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam.
Eva Brunne adalah uskup wanita penganut lesbian. Menurut dia, seperti dikutip inilah.com, pencopotan simbol Kristiani dari gereja dan diganti ka’bah yang merupakan simbol bagi kaum Muslim tidak akan mengurangi keyakinan umatnya.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Nama Bayi Laki-Laki Islami 3 Kata Keren, Punya Arti Mendalam, dan Penuh Doa
''Hal itu bukan masalah besar. Lihat saja seluruh bandara dan rumah sakit juga menyediakan tempat sembahyang bagi semua penganut agama,'' tulis Eva Brunne dalam blog resminya yang dikutip Breitbat.com.
Pastor Patrick Petterson yang berasal dari satu paroki di Stockholm keberatan dengan langkah Uskup Eva. ''Gereja dan ruang berdoa di tempat umum tidak mungkin sama,'' kata Patrick Petterson.
''Saya kira seorang uskup bisa membedakan hal itu,'' sambungnya, seraya menjelaskan bahwa kata-kata Uskup Eva Brunne itu merupakan ajaran teologi yang tak masuk akal. ''Lalu salib besar yang sudah dipaku di gereja dan tempat pembaptis mau diapakan?'' tanya Patrick Petterson.
Baca Juga: Mbah Benu Minta Maaf, Bukan Telepon Allah, Netizen: Ngawur Mbah
Namun ada pula yang mendukung upaya Uskup Eva Brunne. Salah satunya adalah Kiki Wetterburg, yang berkomentar, ''Saya tidak masalah bila ada warga Muslim atau Hindu berdoa di sini,'' katanya.
''Namun simbol Kristiani tetap harus dipasang. Jika saya berdoa di tempat Muslim, saya tidak akan meminta simbol-simbol mereka diturunkan,'' sambung Kiki Wetterburg. (dari berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News