Dulu Pendopo Pemkab Mojokerto Sakral, Gus Bara: Sekarang Terbuka, Ini Rumah Rakyat

Dulu Pendopo Pemkab Mojokerto Sakral, Gus Bara: Sekarang Terbuka, Ini Rumah Rakyat Suasa shalat malam dan istighatsah di Pendopo Peringgitan Kabupaten Mojokerto, Sabtu (27/12/2025). Foto: MMA/bangsaonline

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kembali menggelar shalat malam dan istighatsah di Pendopo Peringgitan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto Sabtu (27/12/2025) malam. Ayahanda Bupati Mojokerto Dr Muhammad Al Baraa (Gus Bara) itu mengundang ratusan warga Mojokerto, termasuk para kiai, dari berbagai daerah bumi majapahit tersebut.

“Tapi biaya acara ini tidak mengambil dari APBD. Semua biaya dari uang pribadi saya,” tegas Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di depan para kiai dan warga masyarakat Mojokerto yang memenuhi ruang peringgitan beraksitektur klasik ukiran kayu itu.

Bahkan untuk menu makan peserta shalat malam dan istighatsah, Kiai Asep tidak memesan pada restoran tapi mengundang penjual makanan kaki lima dan rombongnya ke area pendopo. Patauan BANGSAONLINE di lokasi tampak beberapa rombong soto, nasi goreng dan lainnya.

“Agar masyarakat Mojokerto yang jualan makanan juga merasakan manfaat acara shalat malam dan istighatsah ini,” ujar pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.

Semua peserta shalat malam mendapat sarung dan uang transport, disamping makan gratis.

Menurut Kiai Asep, acara religius itu untuk mendoakan bangsa Indonesia dan para pemimpin. Yaitu Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Mojokerto Gus Bara, dan Bupati Serang Ratu Rochmatuzakiyah.

“Agar orang-orang yang dzalim kepada para pemimpin kita mendapat peringatan dari Allah SWT,” kata Kiai Asep.

Selain itu,menurut Kiai Asep, juga untuk mendoakan NU. Menurut dia, siapapun yang dzalim pada NU, semoga mendapat peringatan dari Allah SWT.

Karena itu, selain shalat malam dan istighatsah, Kiai Asep mengajak ratusan warga Mojokerto mengkhatamkan Al Quran dan membaca Surat Al-Fil. Kiai Asep juga memimpin pembacaan Hizib Nashar.

Bupati Gus Bara sangat berterimakasih kepada Kiai Asep dan warga Mojokerto telah menghadiri acara di Pendopo. “Saya selaku tuan rumah mengucapkan terimakasih,” ujar putra sulung Kiai Asep itu.

Secara khusus Gus Bara juga mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ahmad Mamduh dan Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk, dua ulama asal Universitas Al Azhar Mesir yang juga ikut hadir dalam acara tersebut. Syaikh Mamduh sempat memberikan tausyiah dengan tema keutamaan bulan Rajab.

Menurut Gus Bara, acara shalat malam dan istighatsah di Pendopo Kabupaten Mojokerto baru kali ini dilakukan. Pada bupati-bupati sebelumnya belum pernah ada acara spiritual seperti ini.

“Dulu pendopo itu sakral,” tegasnya.

Jadi, tak ada yang berani masuk kecuali bupati atau orang tertentu.

“Bahkan Satpol PP yang menjaga pun tak berani masuk ke rumah ini,” kata Gus Bara sembari mengatakan bahwa informasi itu ia dapatkan dari Satpol PP.

“Sekarang terbuka untuk rakyat, ini rumah rakyat,” tegas alumnus Universitas Al Azhar Mesir dan Univesitas Pajajaran Bandung itu sembari mempersilakan siapapun masuk Pendopo Peringgitan asal izin dulu kepada penjaga, yaitu Satpol PP.

Pantauan BANGSAONLINE, pendopo Bupati Mojokerto itu sangat luas. Namun banyak ruangan tak terawat. Singop. Tampaknya bupati-bupati sebelumnya tak pernah melakukan maintenance atau pemeliharaaan secara baik. Beberapa toiletnya, misalnya, sangat kotor dan jorok. Bau tak sedap menyengat. Bahkan closetnya ada yang rusak, tak berfungsi, tak diperbaiki. Tampak kusam dan kotor.

Padahal di toilet tersebut banyak peralatan mandi seperti sabun, pasta gigi dan sebagainya. Ini berarti toilet-toilet tersebut digunakan tapi tak pernah dibersihkan dan diperbaiki.

Fenomena toilet kotor ini tidak hanya terjadi di Pendopo Kabupaten Mojokerto. Banyak sekali di Pendopo Kabupaten dan Kota lainnya juga tak terawat. Sehingga kotor dan terkesan jorok.

Merespons pernyataan Gus Bara itu Kiai Asep mengungkap pengalaman pribadinya. Dulu, waktu miskin, ia mengaku gemetar ketika masuk rumah mewah. Apalagi rumah dinas bupati.

Karena itu, tegas Kiai Asep, sekarang dirinya membangun rumah mewah agar bisa dinikmati rakyat kecil.

“Bu Khofifah pernah tanya kepada saya buat apa bangun rumah mewah. Saya jawab agar orang miskin juga bisa menikmati dan bisa merasakan masuk rumah mewah. Rumah saya di Surabaya banyak sekali didatangi orang miskin,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu.

Sementara Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto Khoirul Amin mengaku selalu mendukung program Bupati Bara. Termasuk rencana program pemindarah pusat ibu kota Kabupaten Mojokerto. 

Ia berharap warga Mojokerto mendukung dan mendoakan terwujudnya program pemindahan pusat ibu kota kabupaten Mojokerto itu.

"Sudah 40 tahun pusat ibu kota kabupaten Mojokerto itu direncanakan dipindah oleh bupati-bupati sebelumnya tapi belum pernah berhasil. Mohon doanya pada periode Bupati Gus Bara ini semoga ibu kota kabupaten Mojokerto ini bisa berhasil dipindah," kata Abah Amin, panggilan akrabnya.

Dalam acara ini banyak sekali tokoh yang hadir. Selain Syaikh Ahmad Mamduh, Syaikh Mabruk dan Kiai Asep serta Gus Bara juga tampak Dr Achmady, mantan bupati Mojokerto, Ketua PCNU Kabupaten Mojokerto KH Abah Muchit, Pengurus Yayasan Unitomo Dr Achmad Rubaie, Wakil Ketua PAN Jatim Muhammad Fachruddin, Sekum JKSN Muhammad Ghofirin dan lainnya.

Juga anggota DPRD Jatim Suwandi Firdaus dan beberapa kepala OPD dan Kepala Desa dari berbagai daerah Mojokerto.