BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Beralihnya musim kemarau ke penghujan membuat tanaman dan pepohonan bersemi kembali. Pohon jati misalnya, daunnya mulai tumbuh subur. Ulat-ulat kecil pun banyak yang hinggap dan memakan daun jati muda.
Warga yang tinggal di dekat hutan jati menganggap hal itu sudah biasa dan terjadi setiap tahun, bahkan ulat-ulat itu dapat dijadikan lauk atau dijual jika sudah menjadi enthung (kepompong).
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Saat ini, ulat-ulat daun jati itu sudah mulai berjatuhan di tanah untuk "ngentung" setelah beberapa hari menghabiskan daun-daun segar pohon jati. Kini, kepompong ulat itu sedang dicari warga untuk dijadikan lauk makan bahkan dijual seharga Rp 20 ribu per kilogram.
Warga di sekitar hutan Dander misalnya, sejak empat hari terakhir sibuk mencari kepompong di bawah pepohonan jati untuk disantap dan sebagian dijual di pasar tradisional.
Mereka meyakini jika menyantap kepompong ulat jati, bisa menghilangkan rasa pegal-pegal. "Setiap tahun saat musim penghujan datang ulat daun jati banyak sekali," ujar Murti (56) salah satu warga Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander, Bojonegoro saat ditemui di hutan BKPH Dander, Jumat (1/1/2016).
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Sekilas kepompong ulat pohon jati itu terlihat menjijikan dan berada di tempat yang kotor. Namun hal itu tak menyurutkan warga untuk tetap memburunya. "Karena laku dijual juga mas," katanya.
Lamijan, salah satu pencari enthung lainnya mengaku, kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan mereka setiap setiap musim penghujan.
Mereka memburu kepompong ulat jati di hutan atau pun di pekarangan warga yang menanam pohon jati. "Kalau dimasak gurih rasanya," jelasnya. (nur/rev)
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News