JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Irwan Hermawan, alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, masuk finalis kompetisi public speaking pemuda-pemudi terpilih se-ASEAN dalam ajang Professional, Engineering, Leadership, Teamwork & Awareness Camp (PELTAC 2016) di Universiti Teknologi Malaysia. Kegiatan ini berlangsung 23 hingga 28 Januari 2016 lalu.
Seperti dilansir Tebuireng.org, ajang bergengsi ini juga mengadakan kompetisi debat. Even ini selain mengasah kemampuan komunikasi tiap individu, juga pembuktian diri menjadi mahasiswa professional, terdidik, pemimpin masa depan dan khususnya untuk dunia industri. Kegiatan ini mempertemukan pemuda dari berbagai negara untuk berbagi informasi dan berdiskusi tentang masyarakat ekonomi ASEAN.
Baca Juga: Haul Gus Dur di Tebuireng, Nurani Gus Dur Terasah di Pesantren
Peserta tidak hanya berasal dari negara-negara ASEAN dan ASIA saja, seperti India, Cina, Malaysia, tapi juga dari Timur Tengah dan Afrika seperti Yaman, Sudan, Palestina, dan Mesir. Indonesia sendiri diwakili oleh 25 mahasiswa-mahasisiwi yang lolos seleksi. Mereka berasal dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan kampus lainnya, Irwan salah satunya.
Dari 113 peserta kompetisi public speaking, Irwan Hermawan yang kini semester 4 Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini, lolos final Top Ten.
Ditanya mengenai bagaimana dia sukses menjadi finalis, penerima salah satu beasiswa bergengsi di Indonesia ini mengatakan, dalam kompetisi tersebut, ia memasukan ayat Al Quran di dalam paparan pidato yang ia sampaikan. “Dalam suasana resmi dan internasional dalam even tersebut, belum ada yang pernah memasukkan muatan al-Quran”, ungkapnya.
Baca Juga: Ning Inayah Wahid Sebut Gus Dur Selalu Bela Orang Lemah, Yakin Menolak Kenaikan PPN 12 %
Ia memberikan pemaparan mengenai surat Al Ahzab, ayat 21 tentang Rasulullah yang menjadi uswah atau panutan bagi semua umat. Hal itulah yang menjadikannya masuk final dan 10 besar. “Bahasan positif inilah yang membawa saya hingga final meski belum bisa menjadi juara pertama. Saya cukup bangga bisa membawa nama baik Indonesia namun masih perlu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya,” lanjutnya.
Lebih lanjut dia mengaku mendapatkan pengalaman besar dengan menambah kemampuan komunikasi, bahasa Inggris, saling berbagi budaya antar negara serta menjadi pembuktian bagaimana sebagai mahasiswa muslim mampu berperan dalam konteks masyarakat ekonomi ASEAN.
“Hidup itu untuk yang maha hidup dan hidup itu menghidupkan, kamu akan berhasil ketika kamu bisa seimbang, hidup untuk Allah dan hidup untuk sesama manusia. Pola hidup kita juga harus seimbang, mencari ilmu sebanyak-banyaknya, bersosialisasi seluas-luasnya, beribadah sekhusyu’nya dan Harus mengatur waktu dengan baik,” pesan alumnus SMA A. Wahid Hasyim Pesantren Tebuireng. Ia juga berpesan bahwa lingkungan (terutama teman) dan buku yang dibaca menjadi pengaruh utama.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
“Semua berada di dalam diri kita, jika kita berpikir kita bisa, pasti kita akan bisa. Selain itu beritahukan mimpi-mimpi kita ke orang lain, catat di lembaran impian dan ingat baik baik. Awalnya mungkin akan dibilang impossible, tapi dengan begitu motivasi kita akan semakin besar untuk mewujudkan mimpi kita,” tambahnya semakin bersemangat. Terakhir ia berpesan agar tidak melupakan doa. Setelah semua usaha harus dikembalikan kepada Allah. (lutfi/abror)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News