SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Kabupaten Sumenep, hingga saat ini masih kekurangan tenaga penyuluh sekitar 66 orang.
Informasinya, saat ini tenaga penyuluh pertanian di Sumenep sebanyak 167 orang, menyebar hampir di semua Kecamatan yang berada di lingkungan Kabupaten Sumenep. Padahal, idealnya, jumlah penyuluh sama dengan jumlah desa, karena mestinya satu penyuluh membawahi satu desa.
Baca Juga: Koramil Manding Dukung Program PAT di Desa Manding Laok
Kepala Disperta Sumenep Bambang Heriyanto menjelaskan, salah satu faktor kurangnya tenaga penyuluh dikarenakan minimnya sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki warga Sumenep, utamanya di bidang pertanian.
Menurutnya, sebanyak 167 tenga penyuluh belum berstatus pegawai negeri sipil (PNS) semua. Saat ini sebagian penyuluh masih ada yang sebagai pegawai tidak tetap (PTT).
Minimnya tenaga penyluh bisa berimbas terhadap kenerja penyuluh itu sendiri, yakni tidak maksimal. Bahkan di Kecamatan /Pulau Raas saat ini tidak ada tenaga penyuluh. Sehingga untuk memberikan pembinaan dilakukan oleh petugas unit tenaga tekhnis (UPT).
Baca Juga: Bupati Sumenep Ajak Petani Kreatif untuk Tingkatkan Produktivitas
”Idealnya satu desa satu penyuluh, jadi kalau sudah membawahi lebih dari dua desa, ya tidak mungkin maksimal,” kata Bambang pada BANGSAONLINE, Rabu (24/2).
Menurut Bambang, sebagai langkah kongkret yang dilakukan untuk menutupi kekurangan itu, pada tahun 2015 pihaknya telah melibatkan sejumlah warga untuk menjadi tenaga penguluh.
Hanya saja warga yang ditunjukn itu sifatnya bukan paksaan, karena statusnya masih suka relawan. Artinya meskipun diakui sebagai tenaga penguluh, namun mereka tidak dibayar oleh pemeritnah daerah.
Baca Juga: Tim KP3 Sumenep Lakukan Monitoring dan Evaluasi hingga Gudang Penyangga
”Itu kami lakukan untuk memenuhi target swasembada pangan di tahun 2017 mendatang,” jelasnya.
Kendati demikin, meskipun peran tenaga penyuluh tidak maksimal, pihakya menghimbau masyarakat saat melakukan budi daya tanaman holti kultura agar memilih bibit yang berkualitas. Sehingga tidak mudah mati saat musim penghujan dan juga saat musim kemarau.
”Itu salah satu kunci agar kekurangan swasembada terpenuhi. Selain itu untuk mengantisipasi agar tidak gagal panen,” tegasnya. (jiy/fay)
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News