SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Komisi D bidang Kesra DPRD Surabaya mengaku prihatin terhadap kondisi anak- anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ditampung di UPTD Liponsos Kalijudan. Pasalnya, menurut Ketua Komisi D, Agustin Poliana, Sabtu (19/3), jumlah tenaga pendamping yang mengasuh mereka sangat minim. Dari sekitar 48 anak yang mempunyai keterbelangan mental tersebut, jumlah tenaga pendampingnya hanya 4 orang.
“Dengan jumlah itu kan gak ideal untuk mendampingi anak-anak itu,” terangnya usai melakukan kunjungan ke Liponsos Kalijudan.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Agustin mengatakan, kalangan dewan mengusulkan adanya penambahan jumlah tenaga pendamping. Karena, idealnya 1 orang tenaga pendamping mengurusi 4 orang.
“Itu sebenarnya juga mungkin masih minim, karena namanya anak kadang ada yang rewel, bertengkar dan sebagainya,” papar politisi PDIP.
Legislator yang menjabat selama empat periode ini mengaku haru dengan kondisi anak-anak yang terbelakang mentalnya di liponsos. Mereka menurutnya sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari para orang tua.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
“Kita datang mereka langsung memeluk, kemudian menangis, bikin kita terharu,” ujar dia.
Ia mengungkapkan, setiap ada tamu yang mengunjungi, anak-anak yang usianya antara 5 – 16 tahun tersebut menyambutnya dengan pelukan dan tangisan. “Mereka sangat membutuhkan kasih sayang orang tua. Karena sejak kecil sudah ditelantarkan orang tuanya,” kata Agustin
Agustin menerangkan, anak-anak berkebutuhan khusus ini rata-rata ditemukan di jalan. Ia belum mengetahui pasti sampai kapan mereka berada di Liponsos. Namun, pemerintah kota tetap akan memperhatikan nasib mereka sampai kapanpun.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
“Kita tetap berikan perhatian kepada mereka,” ujarnya
Ketua Komisi A ini mengakui, Liponsos Kalijudan bukan hanya dihuni anak-anak yang terbelakang mentalnya. Di asrama tersebut, juga ada anak-anak berprestasi dari keluarga miskin yang mendapatkan bea siswa bidik misi dari Dinas Sosial kota Surabaya.
“Memang di sana juga menampung siswa berprestasi, tapi mereka kan bisa mandiri. beda dengan yang punya keterbelakangan mental,” tutur dia.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Namun demikian, Agustin mengapresiasi upaya pemerintah kota yang peduli dan perhatian terhadap anak-anak cacat tersebut. Di asrama “Vila Kalijudan” mereka mendapatkan berbagai macam ketrampilan.
“Ada seni lukis, handycraft, batik kemudian grup band. Sekolah luar biasa ada tapi belum maksimal,”jelas dia.
Untuk meningkatkan kualitas anak-anak tersebut, kalangan dewan berencana mengusulkan penambahan jumlah tenaga pendamping dan peningkatan gizi makanan mereka.
Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak
“Untuk makan 3 kali, sehari anggrannya cuma Rp 15 ribu. Kan gak ada gizinya, sangat memprihatinkan,” tandasnya.
Menurutnya, anak-anak penghuni Liponsos Kalijudan membutuhkan mutu pendidikan yang memadai. untuk itu perlu penambahan jumlah guru khusus, dokter, psikolog dan lainnya. Komisi D berencana memanggil Asisten IV Sekota dan Dinas Sosial guna membahas masalah kebutuhan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental yang tinggal di Vila kalijudan 15.
“Selama ini pendamping yang ada memang mempunyai keahlian khusus, tapi ke depan kita akan tingkatkan anggaran agar kebutuhan mereka bisa terpenuhi semua,” pungkas Agustin. (lan/ns)
Baca Juga: Terpengaruh Medsos, Siswi SMK di Surabaya Kabur dari Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News