KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Tidak disangka, PDAM Kota Malang ternyata mengalami kebocoran pipa setiap bulannya. Jumlahnya pun mencapai 300 hingga 400 titik.
"Padahal perbaikannya mesti mengeluarkan ongkos operasional sekitar Rp 100 juta. Itu di luar biaya pegawai dan material. Jika ditambahkan biaya pegawai dan material, maka nilainya menjadi lebih besar lagi," ungkap Sulis Andri Asmawa, ST, Manajer Perawatan PDAM Kota Malang.
Baca Juga: Jadi Perangkat Daerah dengan Respons Tercepat, Perumda Tugu Tirta Diganjar Penghargaan
Dampak dari kebocoran tersebut, jika melewati meteran pelanggan yang masuk rumah, maka risiko bagi pelanggan adalah pembayaran rekening air PDAMnya membengkak dari biasanya.
"Sebaliknya, jika kebocoran itu terjadi di luar meteran pelanggan, maka pelanggan mengalami penerimaan air yang kecil sekali dari kran air, dalam arti tekanan air di pipa menjadi lemah sekali. Kemudian jika kebocoran pada pipa induk, risikonya banyak kehilangan air," terang pejabat PDAM Kota Malang.
Disebutkan, bahwa faktor kebocoran itu disebabkan adanya pipa yang terputus, pipa berkarat, sambungan lepas, dan keberadaan pipa itu sendiri yang sudah tidak laik, dan mayoritas pipanya kedapatan aus. Untuk itu, PDAM setiap harinya melakukan perbaikan, supaya pelanggan tidak mengalami kesulitan air.
Baca Juga: Atasi Krisis Global, Perumda Tugu Tirta Inisiasi Penanaman Pohon di Catchment Bromo Tengger Semeru
"Selain melakukan perawatan rutinitas, tidak menutup kemungkinan, ada juga pelanggan yang mengajukan komplain, sehingga kita pun mesti melakukan perbaikan juga, dan diupayakan perbaikannya kepada pelanggan, tidak memakan waktu terlalu lama, target kita 1 hari selesai," terang Sulis.
Untuk menunjang perbaikan atau perawatan dimaksud, maka PDAM membentuk 6 group tenaga, masing-masing group terdiri 3 orang, ditambah 1 orang pengawas yang setiap harinya berkecimpung di lapangan.
Di sisi lain, penanganannya juga sedikit terhambat, yakni dikerjakan pada malam harinya. Sebab, jika dikerjakan pada siang hari, terhalang ramainya lalu lalang kendaraan di jalan, sehingga pekerjaannya membutuhkan kondisi sepi, guna antisipasi kecelakaan kerja.
Baca Juga: Polemik Air di Sumber Pitu, Ki Suryo: Petani Hanya Dicatut Dijadikan Alat Tagih
Sehubungan adanya 300 hingga 400 titik kebocoran, Suwito, ST, MM Manajer Non Revenue Water (NRW) PDAM Kota Malang mengutarakan, bahwa kebocoran air mengakibatkan kehilangan air.
"Akan tetapi, mesti dijelaskan secara gamblang, agar tidak menimbulkan persepsi publik. Dikhawatirkan menganggap sebuah kerugian materiil, padahal NRW sendiri artinya air yang tidak jadi pendapatan," tuturnya.
NRW sendiri, kata Wito, memiliki 2 komponen yakni konsumsi resmi tak berekening, yaitu berkaitan dengan pembuangan udara (flashing), agar bisa meningkatkan pelayanan kepada pelanggan berupa penyaluran air lancar.
Baca Juga: Atasi Masalah Distribusi Air, Lira Minta PDAM Kota Malang dan Perumda Tirta Kanjuruhan Koordinasi
Namun berdasarkan data, kebocoran air 5 tahun terakhir ini mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2010 kebocorannya mencapai 41 persen, kemudian di tahun 2011 turun menjadi 33,59 persen.
"Lanjut lagi di tahun 2012, turun sekitar 29,99 persen, di tahun 2013 menjadi 26,62 persen, disusul tahun 2014 turun lagi menjadi 20,16 persen, dan di tahun 2015, menurun jadi 18,33 persen, dan terakhir adalah 2016 sekarang sekitar 16 persen," ujarnya. (iwa/thu/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News