PACITAN, BANGSAONLINE.com - Luas lahan kering di Pacitan memang jauh lebih tinggi dari pada luas persawahan. Akan tetapi, hal tersebut tak boleh dibiarkan. Lahan-lahan tersebut harus tetap diberdayakan dengan pemetaan titik-titik spesifikasi lahan dan kearifan lokal. Misalnya dengan membudidayakan tanaman hortikultura, padi gogo dan kedelai hitam. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pemprov Jatim, Muhammad Sakir.
"Meski lahan kering, tapi jangan diberokan (diterbengkelaikan)," kata Muhammad Sakir, saat melakukan kunjungan kerja di Pacitan, kemarin (29/3).
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Selain itu, ia berharap kepada penyuluh dan petugas pengendali penyakit tanaman agar mengamankan titik-titik lokasi tersebut dari ancaman organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Menurutnya, hampir di semua kecamatan bisa terbilang sebagai endemis OPT. Karena itu, daerah-daerah yang terindikasi sebagai endemis OPT agar diamankan dan dilakukan pemberantasan dengan menggunakan agensia hayati.
"Ada 7 laboratorium di Jatim untuk mengendalikan OPT dengan agensia hayati," terangnya pada sejumlah media.
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
Lebih lanjut, M. Sakir mengungkapkan, pengembangan tanaman di lahan-lahan kering bisa menggunakan teknologi berkelanjutan. Di mana rangkaian dari mekanisme panen, akan bisa bermanfaat.
Satu sisi buliran padi bisa diproses menjadi beras, jeraminya sebagai pakan ternak, dan kotoran ternak bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
"Jadi beberapa hal tersebut harus diperhatikan semua pihak yang terlibat dalam proses pemanfaatan dan pengamanan lahan kering. Agar tidak sia-sia kita menanam. Buat apa menanam, tapi kalau tidak bisa memanen," pungkasnya. (pct1/ra)
Baca Juga: Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News