Pembebasan 10 WNI, Menhan: Mustahil Kerahkan Pasukan TNI, Tetap Tempuh Negoisasi

Pembebasan 10 WNI, Menhan: Mustahil Kerahkan Pasukan TNI, Tetap Tempuh Negoisasi Kelompok Abu Sayyaf saat deklarasi gabung ISIS. foto: ilustrasi/merdeka.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, menyatakan tidak mungkin menggelar operasi militer buat membebaskan 10 warga Indonesia disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Penyebabnya, undang-undang di Filipina menghalangi hal itu.

"Konstitusinya (Filipina) enggak boleh orang (TNI) masuk. Kecuali orang keluar, baru boleh," kata Ryamizard usai menghadiri Penataran Kader Organisasi (Takorna) XIV FKPPI di Secapa AD, Jalan Hegarmanah, Kota Bandung, Senin (11/4) dikutip dari merdeka.com.

Baca Juga: Kasarmada II Sambut Kedatangan Delegasi Angkalatan Laut Filipina

Ryamizard menyatakan Indonesia sangat menghargai kedaulatan Filipina. "Kalau kita boleh masuk, ya boleh. Kita hargai kedaulatan mereka. Kita hargai konstitusi Filipina," lanjut Ryamizard.

Beberapa opsi, lanjut Ryamizard, ditempuh supaya sepuluh warga Indonesia disandera bisa selamat kembali ke tanah air. "Negosiasi jadinya. Setelah (opsi) diplomasi, operasi militer. Kalau operasi pasti ada korban," ucap Ryamizard.

Ryamizard juga memastikan 10 WNI yang disandera dalam posisi selamat. 10 WNI tersebut tidak ada dalam peperangan usai militer Filipina menyergap lokasi Abu Sayyaf. "Semua dalam keadaan selamat. Dan sehat wal afiat," tandasnya.

Baca Juga: Mantan Ibu Negara Philipina Imelda Marcos Mengerikan dan Menjijikkan, Muncul dalam The Kingmaker

Hanya saja, mantan Kepala Staf TNI AD era Presiden Megawati itu enggan menyebutkan posisi tempat WNI disandera saat ini. "Enggak bisa disebutkan tempatnya, mungkin juga rahasia. Tapi saya juga tahu kok tempatnya," lanjut Ryamizard.

Ryamizard mengatakan, dia rutin mengontak Menteri Pertahanan Filipina. "Saya dengan Menhan sana. Pak presiden juga dengan Presiden (Filipina) koordinasi," ucap Ryamizard.

Sementara, keselamatan sandera dipertanyakan, setelah tentara Filipina menyerang markas Abu Sayyaf di Provinsi Basilan, Pulau Mindanao, akhir pekan lalu. Dalam operasi militer yang gagal itu, 18 tentara Filipina tewas dan 52 lainnya luka-luka. Sedangkan dari pihak Abu Sayyaf, lima militan tewas ditembak.

Baca Juga: Beri Uang Saku, Khofifah Minta Atlet Jatim Kibarkan Bendera Merah Putih di Sea Games Manila

Kendati situasi kacau balau, Octavio Dinampo - pengamat yang bertahun-tahun meneliti Abu Sayyaf - meyakini kondisi sandera masih aman. Mereka dilaporkan sudah dipindah ke Pulau Jolo, basis Abu Sayyaf lainnya, sebelum operasi militer digelar.

Dinampo mengatakan, para militan itu biasa membagi-bagi sandera ke faksi lain. Setiap faksi, walau berbeda komando, dipersilakan menjalankan sendiri upaya permintaan tebusan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.

"Itulah sebabnya kenapa Abu Sayyaf terdiri dari banyak kelompok, tapi masing-masing masih saling berkoordinasi," ujarnya seperti dilansir the Star, Senin (11/4).

Baca Juga: Danguskamla Koarmada II Lakukan Courtessy Call di Naval Force Eastern Mindanao

Dari informasi terakhir yang dia peroleh, sandera Malaysia dan Indonesia kemungkinan ada di sekitar dataran tinggi Patikul, di Pulau Jolo. Untuk penculik empat pelaut Malaysia, pelakunya adalah kelompok Abu Sayyaf pimpinan Apo Mike. Sedangkan 10 WNI yang disekap sejak akhir Maret berada di lokasi berbeda, ditahan oleh kelompok lain pula.

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) mengaku tidak akan mundur, walau operasi akhir pekan lalu gagal total. Jenderal Hernando Iriberri, Panglima AFP, sudah terjun langsung menuju Basilan untuk memantau situasi sejak kemarin siang.

"Panglima sedih melihat operasi terakhir memakan korban tak sedikit. Namun yang diperintahkan kemarin agar kami tidak boleh berhenti dan menyapu bersih musuh," kata Brigjen Restituto Padilla, juru bicara AFP.

Baca Juga: Gelar Latma MTA Philindo 1/2019, KRI Hiu-634 Merapat di Dermaga Filipina

Tentara Filipina disergap saat sedang berada di bawah perbukitan kawasan Sitio Bayoko, Desa Baguindan, Tipo-Tipo, Provinsi Basilan. Pasukan ini terdiri dari Batalion Infanteri 44 dan Pasukan Elit ke-4 sedang dalam operasi untuk pembebasan sandera.

Kelompok militan dipimpin langsung Isnilon Hapilon and Furuji Indama, dua pentolan Abu Sayyaf kawakan. Baku tembak terjadi selama 10 jam sejak dini hari hingga menjelang siang. Empat tentara Filipina tewas dipenggal oleh para militan karena tertangkap. "Musuh berada di dataran tinggi jadi pasukan kami yang berusaha berlindung masih terkena berondongan peluru dan bom," kata Kolonel Benedict Manquiquis, juru bicara militer wilayah Basilan. (mer/sta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO