SUMENEP (BangsaOnline) - Ketua Forum Kiai Muda (Forkim) Kabupaten Sumenep, KH Moh. Jurjiz Muzammil mempertanyakan kinerja Polres Sumenep terkait maraknya pelaku dan pembuat potasium atau lebih dikenal Bom Bondet di Sumenep.
Meski pihaknya sudah berkali-kali menawarkan bantuan kepada pihak Polres Sumenep untuk meringkus pelaku teror potas yang sering membuat resah dan mengganggu stabilitas kemanan warga, namun belum ada respon. Imbasnya, pembuat dan pemakai potasium kian marak.
Menurut dia, pihaknya sudah pernah melaporkan masalah ini ke pihak aparat kemanan, tapi sampai detik ini belum ada tindak lanjut konkrit dan teror potassium masih saja terjadi.
''Ini sangat di sayangkan,'' tuturnya kesal. Menurutnya, potas yang sering dan rawan terjadi di Desa Dusun Brakas, Desa Guluk-Gluk ini menambah daftar panjang kepanikan warga.
Dia menilai, aparat kepolisian di Sumenep seolah dibuat tak berdaya dan terkesan dibodohi oleh para pemilik potasium yang bebas berkeliaran di mana-mana.
“Kami akan berkoordinasi dengan para petinggi polisi di Polda dan Mabes Polri agar segera turun tangan membekuk para pelaku teror potas ini,'' sindirnya.
Menurutnya, para pembuat potasium tersebut sudah melebihi teroris, bahkan menjadi teroris yang nyata. ''Tapi menurut saya tidak mungkin ada yang berani menangkap dan mengadili, kecuali akhirnya masyarakat sendiri,'' tegas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Is’af, Kalabaan, Desa/Kec. Guluk-Guluk, Sumenep ini.
Pihaknya juga menyayangkan sikap kepolisian Sumenep yang terkesan tidak berani memerangi para pelaku teror potas tersebut. Sebatas informasi, kata Jurjis, pada tahun 2012 lalu, seorang korban teror potas hampir kehilangan nyawa.
Korban adalah Rahwini tinggal di Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Sumenep. Dia menjelaskan, pada 2013 sudah lima kali terjadi ledakan bom potasium (bondet). Dua kali terjadi di Kecamatan Lenteng dan tiga kali di Kecamatan Pragaan, tepatnya pada pertengahan Februari lalu hingga yang menyebabkan dua rumah di Dusun Topoar, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, rusak parah.
''Berikutnya pada tanggal 12 Mei 2013, kedua tangan Suli (19) hancur akibat ledakan potasium,'' pungkasnya








