NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Pada dunia sekarang, dirasakan kegagalan dunia Barat dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan terlalu mendewakan kecerdasan intelektual (IQ). Sedangkan hatinya terasa kosong dan hampa.
Pandangan ini disampaikan Dr. KH. A. Musta’in Syafi’i, penulis tafsir aktual di HARIAN BANGSA, pada acara wisuda Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA) Krempyang Tanjunganom Nganjuk.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Hadir di deretan tamu undangan adalah perwakilan Kopertais IV Surabaya Fatikun Himami, Kapolres Nganjuk dan forpimda kabupaten Nganjuk. Tampak hadir pula sekretaris PCNU Nganjuk KH. Hasyim Afandi, ketua PC Muslimat Hj. Sri Minarni dan ketua PC LP Ma’arif Nganjuk.
Musta’in mengatakan bahwa kecenderungan ini menyebabkan terjadinya degradasi moral di kalangan masyarakat Barat. ”Sehingga fakta ini mendorong di dunia Barat sana lambat laut harus dilengkapi dengan kecenderungan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ),” imbuhnya.
Padahal, menurut doktor dari UIN Sunan Ampel ini, ketiga kecerdasan ini sudah ketinggalan jaman jika dibandingkan dengan apa yang sudah dijalankan di dunia pesantren. “Pesantren sudah berhasil menggabungkan ketiga kecerdasan itu sejak lama dan kehebatannya masih bisa dirasakan hingga sekarang,” ujarnya.
Musta’in kemudian memberikan contoh nyata dari rangkaian wisuda yang digelar siang itu. Pembacaan ikrar wisudawan dipimpin langsung oleh pengasuh pesantren Pondok Krempyang KH. Ridwan Syaibani.
“Ikrar wisudawan kemudian dibacakan doa oleh seorang kiai sepuh di pesantren ini dengan bacaan surat al-Fatihah, itu menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat dalam melahirkan lulusan hebat dari kampus ini,” jelasnya.