SUMENEP (bangsaonline) - Petani rumput laut di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mulai merugi akibat anjloknya harga. Kondisi ini disebabkan turunnya kwalitas rumput laut yang juga berujung pada menurunnya hasil panen.
Biasanya, dengan bibit 2 kwintal yang dibudidaya dengan sistem tali, mampu menghasilkan 4-5 kwintal rumput laut. "Tapi, akibat anomali cuaca petani merugi karena hasil rumput laut hanya 2 kwintal saja. Kerugiannya cukup banyak," tutur Sulaiman, salah seorang Petani rumput laut di Desa Padike, Kecamatan Talango, Sumenep.
Untuk menghindari kerugian yang semakin besar, lanjut Sulaiman, pihaknya terpaksa memanen lebih awal. "Biasanya masa panen dilakukan selama 30 hari, tapi dengan anomali cuaca ini kami terpaksa panen dini yakni tiap satu minggu sekali," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, sistem panen dini ternyata mempengaruhi terhadap harga jual yang anjlok, dari Rp2.200 turun menjadi Rp1.800 per kg, untuk rumput laut basah. "Sekarang harga jual rumput laut basah berkisar antara Rp1.500-Rp1.800-an per kg. Kalo sebelumnya bisa diatas Rp2.200 per kg," tukasnya.
Penurunan kwalitas dan harga ini, terjadi sejak tiga pekan terakhir ini ketika mulai memasuki musim kemarau. "Ini sudah biasa, kalau musim kemarau air laut panas dan berakibat pada turunnya kwalitas rumput laut," ungkapnya.
Ia menuturkan, kerugian yang dialami petani pada sisi modal. Jika modal awal yang dipakai dalam budidaya rumput laut sebesar Rp455 ribu, untuk satu kramba yang berisi 70 tali rumput laut.
"Dengan modal itu, petani rumput laut hanya mendapat Rp360 ribu pada panen rumput laut kali ini yang hanya 2 kwintal, dengan harga jual Rp1.800 per kg untuk rumput laut basah. Ya kita merugi," pungkasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News