JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Kota Santri memang memiliki perajin beragam benda-benda seni. Mulai dari jenis logam, bambu, kayu, lukisan, kaligrafi, kulit dan karya seni lainnya.
Nah, ini ada satu seniman perajin topeng yang sejak beberapa tahun terakhir mulai dikenal luas di masyarakat. Ya, kalau di Bali ada Topeng Barongan Singa, maka di Jombang ada Topeng Barongan ular naga.
Baca Juga: 2 Pengedar Sabu di Jombang Diringkus
Seperti halnya yang digeluti Purwadi, warga pendatang dari luar kota yang kini menetap di Dusun Kalijaring, Desa Kalikejambon, Tembelang, Jombang ini, mampu menyulap dari sebongkah kayu kenanga menjadi kesenian tradisional yang mempunyai sisi seni eksentrik. ”Kalau barongan memang khas dari pulau Bali, namun kalau barongan ular naga, khasnya Jombang,’’ katanya.
Awalnya, ia adalah seniman yang mengikuti sebuah pameran keliling kota. Sembari dirinya keliling, ia pula belajar dari tempat ia berhenti. ”Jadi dahulu kalau berhenti di Kediri belajar cara membuat jeplapokan, saat di Malang saya belajar membuat bantengan, kalau di Nganjuk belajar membuat kuda lumping,’’ sambung lelaki anak satu ini.
Nah, dari situ ia mulai belajar membuat warna kesenian sendiri. Karena mempunyai referensi yang banyak, ia mengembangkan jiwa seninya di Jombang. ”Sejak saya keluar dari pekerjaan lama saya (seniman keliling, Red) saya belajar membuat sendiri,’’ imbuhnya.
Baca Juga: Banjir di Jombang Tak Kunjung Surut, Jumlah Pengungsi Bertambah
Pria kelahiran tahun 60 ini mengaku, Jombang memiliki letak yang cukup strategis, sehingga dengan mudah ia mampu mengembangkan potensi seninya. ”Untuk ke luar kota lebih dekat, dulu awalnya saya sering keluar kota untuk belajar kesenian yang baru. Kemudian setelah saya menikah, saya memutuskan untuk menetap di Jombang bersama keluarga kecil saya,’’ kenangnya sembari mengamplas kesenian topengnya Selasa (23/8).
Di sisi lain, untuk membuat benda-benda kesenian tradisionalnya mempunyai nilai seni yang bisa menunjang sisi ekonomi, ia tetap bertahan menggunakan kayu kenanga. Selain, tidak mudah dimakan rayap, kayu kenanga dipilih karena cocok sebagai bahan dasar seni pahatan, untuk masalah harga berfariasi antara Rp. 30 ribu sampai Rp. 70 ribu.
”Kalau kayu kenanga dipahat tidak pecah, berbeda dengan kayu randu yang mudah pecah jika kering. Apalagi kayu kenanga memang sudah khasnya kalau untuk bahan dasar topeng,’’ imbuhnya.
Baca Juga: Kejagung Tangani Kasus Dugaan Oknum Jaksa Terima Suap di Jombang
Meskipun kayu kenanga cukup sulit didapat, namun ia tak memungkiri kalau dirinya juga terkadang kesulitan menjaga stoknya tetap ada. ”Kalau kayu kenanga di Jombang sulit, makanya saya sering keluar kota untuk menambah stok kayu,’’ tandasnya.
Ia mengaku, dirinya menggeluti seni pahat kayu itu sudah belasan tahun. Bahkan, kini ia sudah memperkerjakan tiga orang yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya. ”sudah 16 tahun saya membuat kesenian topeng ini, sekarang sudah dibantu tiga pekerja, namun tidak dikerjakan di sini (tempat tinggalnya, Red)’’.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News