SIDOARJO (bangsaonline) - Minimnya anggaran untuk pengembangan usaha budidaya ikan tawar seperti ikan lele dan gurami, yang digeluti warga Desa Kebonsari Kecamatan Candi hampir 4 tahun, gulung tikar.
Kendala yang dihadapi, rata-rata mahalnya harga bibit ikan dan biaya operasional tidak seimbang dengan hasil panen. Selain itu biaya untuk budidaya ikan tawar mereka masih mengandalkan biaya pinjaman (gali lubang tutup lubang) disebabkan biaya dana pribadi tidak mencukupi.
Baca Juga: HUT ke-76 RI, Deni Prasetya Kampanyekan Budi Daya Pisang Cavendish ke Warga Jember
Di lokasi kolam ikan, Imam Saruji, Kepala Desa Kebonsari menuturkan, kondisi petani ikan tawar dalam naungan kelompok budidaya ikan di wilayah kerjanya, saat ini memprihatinkan. Sedangkan mereka menekuni budidaya ikan tawar, selama bertahun-tahun sebagai tambahan ekonomi keluarga. Sebenarnya budidaya ikan tawar, yang dilakukanya sangat prospek sekali. Melihat kondisi kolam ikan, sangat mendukung sekali.
“Kolam ikan yang dimiliki petani, rata-rata ukuran 1 kolam mencapai sekitar panjang 25 meter dan lebar 9 meter. Mereka budidaya ikan, memanfaatkan lahan pekarangan kosong,” ujar Imam Saruji.
“Kami berharap pemerintah Kabupaten Sidoarjo, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) memberikan bantuan. Agar para pembudidaya ikar tawar bisa melakukan aktifitas kembali seperti tahun lalu,” harap Kepala Desa Kebonsari.
Baca Juga: Yuk... ke Perkampungan Ikan Cupang Kediri, Abdul Mutholib Sukses Berawal dari Ikan Hias
Diakuinya, pada tahun-tahun sebelumnya di Desa Kebonsari terkenal budidaya ikan tawar jenis lele, Koi, Fanami. Namun kali, hanya tinggal nama dan kenangan.rencana para penggerak budidaya ikan tawar, akan dikembangkan lagi tetapi kendala minimnya anggaran mereka hanya bisa pasrah. Namun para pembudidaya ikan tawar, sebagian masih tetap bertahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News