Sepatu Molika, Produk Kampung Mojo Santren Sidoarjo, Tembus Pasar Singapura dan China

Sepatu Molika, Produk Kampung Mojo Santren Sidoarjo, Tembus Pasar Singapura dan China pekerja bagian packing sedang mengepak sepatu. foto:faratiti dewi/BANGSAONLINE

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com – Molika, merk sepatu bikinan kampung sepatu diDesa Mojo Santren Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo mamu besaing di pasar Singapura dan China. Padahal, China sendiri satu negara yang agresif dalam mengekspor tapi sulit untuk impor.

“Pemasaran Produk kami sudah sampai China dan Singapura, dengan menggunakan media online. Kalau dihitung perpasang relatif murah, hanya saja yang membuat mahal adalah ongkos kirimnya,” kata Shokib, pemilik home industri sepatu. “Produk kami namakan Molika, dengan penjualan Rp 700 -950 ribu per kodi, berisi 20 pasang,” tambah Shokib.

Selain tembus pasar China dan Singapura, yang paling banyak, merk Monika beredar di Manado, Surabaya, Sidoarjo sendiri, Malang, dan Jakarta. Warna favorit yaitu warna hitam dan putih.

Varian Molika adalah sepatu balet dan sepatu sport serta casual. Selain itu merk yang sama juga digunakan untuk sandal.

Mojo Santren sendiri, adalah sebuah kampung kecil, di mana seluruh wargannya mempunyai home industri pembuatan sepatu. Dan kampung ini, lebih terkenal dengan sebutan kampung sepatu, layaknya Wedoro yang juga disebut kampung sepatu, dan Tanggulangin untuk produk tas.

“Saya mendirikan usaha ini sudah tahun 1995. Membuat sepatu itu sudah bakat turunan dari bapak saya di Kemlaten-Kedurus. Dyulunya, bapak saya juga pengrajin sepatu dengan model yang sama. Jadi, ini adalah bisnis turunan,” kata dia.

Shokib memilik 25 tenaga kerja yang setiap harinya kecuali hari minggu, mereka membantu pada pukul 07.00 – 16.30 wib. “Alhamdulillah, saya bisa menggaji mereka. Sebab omzet saya mencapai Rp 64 – 80 juta per bulan. Dan dalam satu hari, kami bisa memroduksi 15 kodi sepatu,” tambah dia.

Shokib menjamin, sepatu Molika tak kalah dengan produk brand terkenal, sebab dalam proses pembuatannya, sepatu ini dijahit lalu disol. Jadi, tidak mengandalkan lem belaka. (faratiti dewi/UTM)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Komunitas Disabilitas Kota Pasuruan Raup Cuan dari Lampu Hias':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO