JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Jelang tutup tahun 2016 ini, sebanyak lima orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kabupaten Jombang masih hidup dalam pasungan. Sebagaimana diketahui, tahun 2017 Jawa Timur ditarget bebas pasung. Kelima ODGJ itu rata-rata dari kalangan warga kurang mampu yang kondisinya memperihatinkan dan butuh perawatan khusus.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Bantuan Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Jombang, Nur Aini menuturkan, untuk menangani masalah ODGJ sudah dibentuk tim gabungan yang terdiri dari Dinsosnakertrans, Dinas Kesehatan (Dinkes) serta para relawan dengan nama Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat Kabupaten Jombang. Meski tidak setiap hari blusukan untuk melakukan pemantauan, tim ini berupaya membuat jumlah ODGJ terpasung berkurang.
Baca Juga: Banjir di Jombang Tak Kunjung Surut, Jumlah Pengungsi Bertambah
’’Melihat kondisi pasien, tim sudah melaksanakan blusukan, dilanjutkan pihak keluarga untuk pendekatan. Sebab tanpa peran keluarga, usaha ini (penyembuhan) akan sia-sia,’’ kata Nur Aini.
Pada tahun 2016, ada sekitar 70 ODGJ yang semula terpasung di kota santri. Dalam perkembangannya kini menyisakan 5 orang saja. Mereka tersebar di Kecamatan Sumobito dan Ngoro masing-masing 2 orang, serta Kecamatan Bandarkedungmulyo 1 orang. Meski begitu tidak menutup kemungkinan masih ada lagi namun belum dalam pantauan tim.
“Jadi 65 jiwa sudah bebas pasung, kemudian ini dicari lagi. Mungkin masih banyak, karena kondisi ini (gangguan jiwa) masih dianggap aib oleh sebagian keluarga. Makaya masih ada yang disembunyikan. Nah, ini tadi kami juga baru saja menemukan di Kecamatan Gudo 1 orang,’’ jelas dia.
Baca Juga: Kejagung Tangani Kasus Dugaan Oknum Jaksa Terima Suap di Jombang
Menurut Aini, agar benar-benar terbebas dari pasungan, selain kinerja tim juga diperlukan bantuan dari keluarga dan masyarakat. ’’Agar benar-benar bebas pasung, seharusnya juga diikuti keluarga. Percuma kami sudah ada tim, tapi keluarga ternyata tidak ada pendekatan, karena mereka perlu berkomunikasi biar nyambung. Justru ada beberapa yang dibiarkan di dalam kamar di gembok. Hanya dibuka saat memberikan makanan saja,” beber Aini.
Untuk itu, setiap tim yang turun ke lapangan atau blusukan, selama ini tidak hanya mendata, juga dilakukan beberapa taraf pencapaian. ’’Yaitu dilepas sementara untuk diajak komunikasi, kemudian dikembalikan ke keluarga. Nah, langkah selanjutnya keluarga seharusnya juga seperti itu,’’ imbuh dia.
Disinggung soal target tahun 2017 Jawa Timur bebas pasung. Menurut Aini Kabupaten Jombang tidak menutup kemungkinan sanggup memenuhi target tersebut. Namun dengan catatan ada kerjasama yang baik antara tim dan keluarga orang yang dipasung. ’’Keluarga harus benar-benar terbuka. Kalau memang ada, bisa dilaporkan agar terdata,’’ pungkasnya.(rom/ns)
Baca Juga: Afvour Watudakon Jombang Meluap, Ratusan Rumah Warga Terendam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News