PACITAN, BANGSAONLINE.com - Bencana banjir dan tanah longsor, yang belakangan kerap mendera beberapa wilayah di Pacitan, mengakibatkan puluhan hektar lahan persawahan rusak parah. Bahkan, banyak dari petani terancam gagal panen, lantaran tanaman padinya hanyut tersapu air bah.
Sekalipun menjadi langganan banjir, namun ketersediaan pangan di Pacitan sejauh ini masih cukup aman. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan, H. Mulyadi, Kepala Kantor Ketahanan Pangan, setempat, Kamis (8/12).
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Dia mengungkapkan, hingga akhir November lalu, stok beras di Pacitan masih bertengger dikisaran 32.870 ton. Sementara rata-rata konsumsi masyarakat hanya sekitar 268 gram per orang per hari. "Sehingga kita asumsikan, stok beras masih sangat melimpah, sekalipun banyak lahan persawahan yang rusak diterjang banjir," tuturnya.
Selain beras, jagung dan ubi kayu, juga masih menggunung. Merunut data, kata Mulyadi, ketersediaan jagung hingga penghujung bulan lalu, masih mencapai 97.081 ton. Demikian pula dengan ubi kayu yang mencapai 22.483 ton.
Pejabat asal Padang itu mengatakan, melimpahnya air hujan saat musim kemarau, lebih dipengaruhi munculnya badai Lanina yang tengah berlangsung di Samudera Pasifik. Pergeseran arus dingin dari Samudera Indonesia yang melintasi Samudera Pasifik dengan suhu yang lebih hangat, menyebabkan curah hujan semakin meningkat sekalipun saat musim kemarau.
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
"Ini yang dinamakan kemarau basah. Kondisi tersebut tentu akan menguntungkan tanaman pangan, seperti halnya padi serta jagung. Sebab, tanaman tersebut sangat membutuhkan banyak air. Namun berbeda dengan tanaman sayur-sayuran. Para petani jelas banyak merugi seiring bergulirnya musim kemarau basah," tuturnya pada awak media. (yun/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News