Tafsir An-Nahl 101-102: Ruh Al-Qudus Itu Bukan Tuhan

Tafsir An-Nahl 101-102: Ruh Al-Qudus Itu Bukan Tuhan

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .

BANGSAONLINE.com - Wa-idzaa baddalnaa aayatan makaana aayatin waallaahu a’lamu bimaa yunazzilu qaaluu innamaa anta muftarin bal aktsaruhum laa ya’lamuuna (101). Qul nazzalahu ruuhu alqudusi min rabbika bialhaqqi liyutsabbita alladziina aamanuu wahudan wabusyraa lilmuslimiina (102).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dalam membahasakan malaikat Jibril A.S. al-qur'an menggunakan kata Ruh al-Qudus, kadang hanya disingkat al-Ruh saja, tanpa sifat seperti pada al-Qadar: 4. Dan kadang dilengkapi dengan sifat "al-Ruh al-Amin", Jibril yang terpercaya (al-Syu'ara: 193). Di tempat lain Jibril A.S. juga disebut sebagai "Rasul Karim", utusan mulia (al-Takwir:19).

Terbacalah pada ayat studi ini, bahwa Jibril adalah pembawa wahyu, dari Allah SWT diberikan kepada Muhammad SAW. Dengan demikian terbersit kesan bahwa Jibril-lah yang ditugasi menyampaikan wahyu kepada Rasul. Benarkah demikian atau selalu kah demikian?

Ternyata tidak.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Diriwayatkan, bahwa malaikat Israfil A.S. pernah bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW selama tiga tahun. Tidak ada penjelasan soal kurun waktu tiga tahun itu apakah berturut-turut atau bersela, kayak gantian tugas begitu?. Hal itu mengingat sejak awal Rasul menerima wahyu (al-Alaq:1-5) di goa Hira', Jibril-lah yang datang di sana membawakan wahyu perdana itu.

Riwayat al-Sya'by yang dikuatkan dalam Shahih Muslim itu memang mengundang diskusi dan debatable. Tapi sinyalemen yang mengatakan, bahwa Israfil A.S ditugasi membawakan wahyu kepada Nabi itu terjadi sebelum nubuwwah, sebelum mendapat wahyu al-Qur'an di goa Hira, lebih masuk akal.

Jadi, kira-kira tiga tahun sebelum nubuwwah, Muhammad SAW sudah menerima kalimat-kalimat bijak (wahyu) dari Allah SWT melalu Israfil A.S. Tapi hanya berupa kata-kata pendek, sinyal, isyarat yang dimengerti oleh Nabi secara pribadi saja. Setelah Jibril membawa al-Qur'an, wahyu perdana di goa Hira, maka Israfil berhenti bertugas. Allah a'lam.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Kenapa kok Israfil yang ditugasi menyampaikan wahyu saat itu? Tentu itu otorita Tuhan secara mutlak dan hanya Tuhan sendiri yang mengerti. Apakah bisakah diakal-akal?, Misalnya, sebab malaikat yang nampak agak nganggur itu Israfil A.S. Kita tahu, bahwa Israfil adalah malaikat yang ditugasi meniup sangkakala di hari kiamat nanti dan hari menakutkan itu belum datang, sehingga -secara itung-itungan- dia sekarang banyak nganggurnya. Tidak sama dengan malaikat yang lain yang terkait dengan aktivitas dunia ini, maka selalu saja ada tugas.

Sebagai pemikiran dan pengandaian sah-sah saja. Tapi sinyalemen itu akan berbuntut dengan timbulnya persoalan serupa, misalnya kenapa juga tidak menugasi malaikat Malik, sang kepala neraka, atau malaikat Ridwan, sang manajer Surga?. Toh keduanya sampai saat ini juga sama-sama belum bertugas. Jadi, paling aman adalah pendapat pertama, Allah a'lam.

Kata Ruh, selain berarti Jibril juga bermakna ruh makhluq hidup atau nyawa. Al-Qur'an juga menyatakan dirinya sebagai Ruh dalam artian memberi kekuatan, memberi energi, memberi pencerahan kepada umat beriman (al-Syura: 52). Ruh berdekatan dengan Rauh yang bermaknakan rahmat (Yusuf: 87). Bermiripan dengan kata Raihan yang konotasinya terkait kenikmatan (al-Waqi'ah: 89). Ya, karena power dan energi adalah kenikmatan. Tanpa Ruh yang berfungsi, maka tidak akan bisa kita menikmati rahmat Tuhan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Dari sini, malaikat Jibril hanyalah makhluq biasa, bagian dari ciptaan Tuhan yang selalu patuh terhadap perintah Tuhan. Derajatnya sungguh agung, tetapi seagung-agungnya dia, tetap saja ciptaan. Untuk itu, jibril tak beda dengan manusia, tak beda dengan Yesus A.S, dengan Muhammad SAW, dengan kita dalam artian sama-sama ciptaan.

Rumusan akal, ciptaan pasti tidak sama dengan yang dicipta. Tukang kayu tidak sama dengan barang-barang mebeler yang dia bikin. Akal tidak bisa menerima, ciptaan naik pangkat menjadi Tuhan. Itu pasti logika salah. Kecuali dipaksakan dan menjadi keyakinan, maka sah-sah saja menurut alam kebebasan.

Lalu, Ruh al-Quds itu kini bertugas apa, sementara masa kenabian sudah berakhir?. Pertanyaan yang sama juga bisa dialamatkan kepada Israfil, Malik dan Ridlwan?. Jawaban paling sederhana adalah, mereka selalu sibuk beribadah dan itu rutinitasnya sebagai malaikat. Sementara soal menyampaikan wahyu, seperti Jibril, meniup sangkakala bagi Israfil dan lain-lain itu tugas pokoknya nanti.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Atau bisa jadi, Jibril menyampaikan ilham, ilmu laduni, kecerdasan intelektual kepada hamba yang dikehendaki Tuhan. Sementara Israfil sedang membersihkan, mengontrol trompetnya agar nanti saat bertugas tidak macet dan lancar. Juga Malik dan Ridlwan terus bekerja sebagai langkah persiapan. Allah a'lam.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO