PACITAN, BANGSAONLINE.com - Dunia pendidikan kembali menuai kritikan. Persoalan tersebut lebih berkutat pada pembangunan karakter adat ketimuran yang selama ini dinilai sudah banyak menurun bahkan hilang. Pernyataan tersebut sebagaimana diungkapkan Arif Setya Budi, Ketua LSM Laskar Pemuda Desa (Laspeda) Kabupaten Pacitan, Senin (6/2).
Menurut Arif, lunturnya pendidikan karakter, lebih dipengaruhi banyaknya menu kurikulum yang harus dipelajari siswa didik. Selain itu, orientasi pada prestasi seakan menjadi hal utama dalam proses belajar-mengajar. Sementara etika ketimuran, sopan-santun, mulai diabaikan hanya untuk mengejar sebuah prestasi.
Baca Juga: Libur Sekolah Siswa Didik di Pacitan Diperpanjang Hingga 2 Juni
"Dari aspek itulah, akhirnya moralitas generasi muda menjadi timpang. Di satu sisi mereka lebih mengejar prestasi, sementara aspek-aspek moralitas yang mengarah pada nilai-nilai ketimuran terkesan diabaikan," terang dia.
Arif memberikan gambaran, mulai menipisnya etika sopan-santun generasi muda. Seperti ketidak patuhan mereka terhadap rambu-rambu saat berkendara. Lampu merah kadang diterobos tanpa mengindahkan resiko yang akan terjadi. Selain itu ucapan lisan yang cenderung jorok dianggap sebagai bahasa-bahasa gaul.
"Kalau tidak misuh (mengeluarkan kata-kata jorok, Red) katanya nggak gaul," sindir Arif.
Baca Juga: Kegiatan Belajar di Rumah Kemungkinan akan Diperpanjang
Berangkat dari persoalan di atas, dia berharap agar pelaku pendidikan bisa mengubah pola pendidikan yang lebih mengarah pada pembangunan karakter. Bukan hanya sekedar prestasi belaka. "Dan kalaupun bisa, pemerintah bisa merampingkan kurikulum seperti halnya di Eropa serta Jepang. Kurikulum simple, namun pembangunan karakter lebih dikedepankan," pungkasnya. (yun/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News