Masjid Rahmat Surabaya, ternyata menjadi salah satu jujugan para warga yang gemar melakukan salat tarawih keliling. Tiap bulan ramadan, dijumpai jemaah yang ikut berjemaah salat tarawih di masjid tertua di Surabaya setelah Masjid Sunan Ampel itu.
Jemaah ini ada yang datang berkelompok, ada yang datang rombongan satu keluarga. Ada juga yang hanya berdua. “Kami memang memiliki kebiasaan untuk tarawih di masjid-masjid yang bersejarah, termasuk masjid Rahmat ini,” cetus Ahmad, yang mengaku asal Surabaya. Hari pertama Ramadan, dia mengaku salat tarawih di Masjid Sunan Ampel.
Baca Juga: Banyak Masjid di Indonesia Tak Terjaga Kesuciannya Gegara Ngepel Lantai Masjid Pakai Alat Pel WC
Selain itu, Ahmad yang datang bersama dua temannya, mengaku juga akan melakukan salat tarawih di Masjid Al Akbar dan sejumlah masjid tua lainnya. Tidak hanya itu, nuansa ramadan juga kental di Masjid Rahmat. Tiap hari, takmir masjid menyediakan ratusan nasi bungkus atau nasi kotak bagi mereka yang ingin berbuka puasa di masjid Rahmat.
Jemaah salat tarawih juga membludak, 14 shaf, tiap shaf sekitar 50 orang. “Kami tarawih 23 rakaat, ada kultumnya juga. Dan seperti masjid lainnya, kami menggelar tadarus Alquran hingga pukul 11 malam,” ujar Ketua Yayasan Masjid Rahmad, Mansyur ketika HARIAN BANGSA berkunjung kesana.
Sekitar 6 harian, jamaah tadarus bisa mengkhatamkan Alquran sekali. “Kami tidak ngoyo untuk mengkhatamkan berapa kali. Yang penting bacaannya benar,” sebut Mansyur.Kegiatan lainnya selama Ramadan, adalah kuliah duhur di area masjid sekitar 20 menit oleh muballigh Koormas Surabaya. “Kalau siang, banyak juga yang datang kesini untuk itikaf. Biasanya para sales sambil beristirahat. Mereka juga terlihat ngaji dan salat,” ujar Mansyur.
Baca Juga: Ketua MUI Pusat: Masjid-Mushalla Jangan Dijadikan Tempat Kampanye Politik
Dan setiap 10 hari terakhir ramadan, di masjid dilakukan juga salat tasbih. Untuk salat tasbih ini, kata dia, jamaahnya sangat banyak. Di Masjid Rahmat ini, tiap tahun juga digelar haul Mbah Karimah. Mbah Karimah tercatat meninggal pada 1377. "Penguasa" hutan asal Majapahit itu ikut mengukir sejarah, mewarnai perjalanan seorang pemuda yang kini tersohor dengan nama Sunan Ampel (1401-1481).
Musala di Makam Mbah Karimah merupakan salah satu tempat tujuan umat Islam di Surabaya dan sekitarnya saat bulan Ramadan. Musala ini dipercaya adalah musala pertama yang dibangun Sunan Ampel.
Makam Mbah Karimah letaknya di kawasan Kembang Kuning. Menuju lokasi ini, bisa diawali dari Masjid Rahmat. Kemudian, berjalan ke barat menyusuri perkampungan padat yang agak mendaki. Sekitar 100 meter kemudian terlihat gapura bertulis 'Makam Mbah Karimah'.
Baca Juga: Fokus Kesejahteraan Jemaah, Pengurus DMI Kota Malang Gelar Studi Tiru ke Gresik
Di pintu masuk, berdiri sebuah gapura tertulis makam Mbah Karimah. Halamannya terasa sejuk dengan dua pohon asam seakan sebagai pintu gerbang. Lima meter kemudian terlihat dua bangunan, mushala dan bangunan cungkup dengan dua makam, milik Mbah Karimah tertulis wafat pada tahun 1377, sebelahnya makam Mbah Sholeh salah satu murid setianya.
Makam Mbah Karimah tidak pernah sepi didatangi peziarah. Mulai sekedar mampir salat, membaca ayat suci Al-Quran, kemudian istirahat bahkan bermalam setelah sebelumnya melakukan ziarah. Tak jarang mereka datang kembali membawa nasi tumpeng untuk selamatan. Dimakan bersama dengan siapa saja yang saat itu ada di tempat tersebut.
Mansyur menceritakan, awal-awal digelarnya haul mbah Karimah ada sebuah kejadian. “Dulu itu, selama dua minggu tiba-tiba ada rombongan kumbang berwarna kuning yang mendatangi Masjid Rahmat. Mereka datang dari makam Kembang Kuning. Begitu sore, kumbang-kumbang ini balik ke area pemakaman,” tutur Mansyur.
Baca Juga: Kutuk Serangan Israel di Masjid Al-Aqsa, NU Jatim Instruksikan Nahdliyin Baca Qunut Nazilah
Nah, ketika rombongan kumbang kuning tak datang, ganti yang muncul adalah kupu gajah. Warga di sekitar masjid kemudian menafsirkan bahwa kedatangan binatang-binatang adalah peringatan bahwa saat itu adalah haul Mbah Karimah. “Sejak itulah, haul mulai digelar. Hingga kini, haul selalu diadakan disini setiap awal bulan Jumadil Akhir atau akhir bulan Jumadil Awal pada hari Jumat, Sabtu, Minggu. Setiap haul, kami mendatangkan Ishari se-Jatim minimal 16 ribu orang. Juga khafidz-khafidzah Jatim sekitar 600 orang,” tutur Mansyur.
Satu lagi lembaga Yayasan Masjid Rahmat yang tak kalah melegenda dan sangat berperan menjadikan Masjid Rahmat semakin besar dan terkenal adalah Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat). Radio ini konsisten menyiarkan acara-acara keagamaan. Lagu-lagu yang diputar juga lagu-lagu religi.
Radio di gelombang AM ini selalu konsisten mengawal jadwal salat. Bahkan, panduan jadwal salat berupa syiir, salawatan, bacaan Alquran hingga adzan ini telah direlay oleh radio se Jatim. Radio Yasmara juga menyiarkan langung kegiatan kuliah subuh yang digelar di Masjid Rahmat.
Baca Juga: Diharap Jadi Ikon Kediri, Masjid An-Nur Bakal Telan Biaya Rp 10 M dan Rest Area Rp 5 M
Konsistensi keIslaman radio ini, juga nampak dengan disiarkannya serial sandiwara radio tentang kisah para sahabat Nabi. Serial ini mulai disiarkan tahun 2013 lalu.
Kisah-kisah sahabat Nabi yang diangkat seperti tentang Bilal bin Rabah, Hamzah bin Abdul Mutholib, Abu Dzar al Ghifari, Khabbab bin Arats, dan banyak lagi sahabat Nabi yang hampir tidak diketahui. (nis/lan/sta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News