JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengapresiasi peran pesantren dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Guru besar Universitas Indonesia itu juga mengungkapkan kekagumannya terhadap perkembangan kondisi pesantren saat ini.
"Pesantren yang saya lihat sekarang, jauh berbeda dibanding yang pernah saya lihat dulu," ujar Menteri Nila saat meresmikan Bakti Kesehatan Nasional Telinga, Pendengaran dan Mata di Pesantren Tebuireng, Jombang, Sabtu (11/3/2017).
Baca Juga: Semarak Gerakan Nasional Aksi Bergizi Tour to School di SMPN 2 Kota Batu
Menteri Nila juga memuji kebijakan Pesantren Tebuireng yang menerapkan larangan merokok di kalangan santri. Pasalnya, gangguan kesehatan yang dipicu rokok selama ini telah menyerap biaya yang cukup besar.
Sebelumnya, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengungkapkan peran pesantren dalam pembangunan bidang kesehatan, termasuk dalam mengkampanyekan program keluarga berencana.
"Kami juga telah lama memelopori larangan merokok di lingkungan pesantren," ungkap Gus Solah.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Dalam kesempatan tersebut, Menkes juga mengajak pesantren dan tokoh masyarakat untuk mensukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Gerakan yang menekankan aspek promotif dan preventif ini harus dilakukan untuk menekan tingginya biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat.
"Kasihan BPJS kalau kita terus-menerus tidak mau bekerja di hulunya. Kita harus menggalakkan program promotif dan preventif," seru dokter spesialis mata ini.
Nila juga menyampaikan data penduduk dengan hipertensi yang mencapai 25,8 persen populasi. "Artinya, seperempat dari populasi kita dengan hipertensi dan sangat dekat dengan penyakit jantung, stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya," ungkapnya.
Baca Juga: Terapkan 6 Pilar Transformasi Kesehatan, Pemkot Mojokerto Diapresiasi Dirjen Kesmas Kemenkes
Tahun lalu, imbuh Nila, pengobatan penyakit jantung menelan biaya sebesar Rp 6,9 triliun. Biaya itu untuk mengobati hampir satu juta penderita gangguan jantung. "Tidak sampai satu juta (penderita), tapi hampir mencapai satu juta," imbuh istri Farid Anfasa Moeloek ini.
Kegiatan bakti kesehatan nasional telinga, pendengaran dan mata yang digagas oleh Perhimpunan Dokter Spesialis THT Bedah Tenggorok Indonesia (Perhati KL) ini menargetkan 5.000 pasien bersih-bersih telinga (BBT) dalam tiga hari ke depan. Juga 30 pasien operasi katarak yang akan ditangani oleh dokter spesialis mata dari Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami).
"Kegiatan ini melibatkan 200 dokter spesialis THT dan mata yang datang dari berbagai daerah," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Perhati KL Soekirman Soekin.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Selain meresmikan bakti kesehatan nasional, Menkes Nila juga menyerahkan secara simbolik 2,5 ton makanan tambahan bagi 1.400 santri Tebuireng. Juga, bantuan 500 alat bantu dengar yang diberikan oleh Starkey Foundation dan THT Promotif Kit dari BPJS Kesehatan.
Tampak hadir dalam kunjungan Menkes, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso, Wakil Bupati Jombang Mundjidah Wahab dan mantan Kepala Dokter Kepresidenan dr. Umar Wahid. Juga jajaran direksi BPJS Kesehatan dan Direktur RSUD Jombang Pudji Umbaran. (*/rom/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News