SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Manuver kandidat Cagub-Cawagub untuk meraih dukungan kiai sepuh dan menyeret mereka dalam kontestasi elektoral kali ini akan menjadi kontraproduktif. Pernyataan itu disampaikan Surokim Abdussalam pengamat komunikasi politik Universitas Trunojoyo, Madura. Surokim melihat fenomena itu sebagai manuver kebablasan dan su'ul adab. Menurutnya, para kandidat harus hati-hati dan memahami konteks berpolitik kiai sepuh.
Surokim menjelaskan, sepanjang warga NU masih taat pada khittah NU dan masih mau mendengarkan suara kiai sepuh, politik NU akan tetap menjadi rahmatanlilalamin. Kiai sepuh yang nihil politik itu yang harus didengar dan dijadikan rujukan, mengingat beliau-beliau itu relatif steril dan bisa melihat politik, tidak hanya melihat apa yang nampak, tetapi juga melihat dengan mata batin.
Baca Juga: Dukungan Para Pekerja MPS Brondong Lamongan untuk Menangkan Khofifah di Pilgub Jatim 2024
"Dalam tradisi politik NU, hal seperti itu lazim berlaku dan mampu menyelamatkan NU dalam berbagai kemelut politik. Istilahnya menunggu titah dari langit," ujar alumni ponpes Darul Ulum, Langitan ini, Rabu (30/8).
Surokim menganggap kiai sepuh adalah penjaga marwah politik NU dan menjadi benteng pertahanan terakhir. Maka jika sekarang ada gerakan untuk memaksa dan menyeret kiai sepuh, itu sungguh tidak lazim.
"Para kiai sepuh yang apolitik suatu saat akan turun memberi nasihat jika politik NU tak terkendali. Para kiai sepuh punya mata hati yang tajam tidak melihat politik dari dhohir saja. Itu yang membuat level politik paling tinggi di NU, beda dengan kita yang hanya melihat dari politik dan kalkulasi dhohir saja. Beliau akan turun menyelamatkan politik NU jika situasi darurat dan tak terkendali," ujar peneliti dan media analist Surabaya Survei Center (SSC) itu.
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
Surokim menilai politik Jatim sekarang juga sudah mulai masuk kategori rawan bagi NU. Ia meyakini bahwa para kiai sepuh akan turun titah untuk menjadi rujukan warga NU jika situasi sudah mendesak. Kiprah para kiai sepuh ini masih sering salah dipahami bahkan ada sebagian pihak yang mencoba merekayasa, mengarahkan, tetapi dirinya yakin upaya itu tidak akan berhasil karena itu sudah su'ul adab.
"Langkah mendorong-dorong, menyeret-nyeret beliau ke politik sebenarnya sudah su'ul adab. Jadi sebenarnya tidak perlu dipaksa, beliau tahu maqom dan waktunya. Sebab, ketajaman penglihatan mata hati mampu menembus sekat-sekat rahasia alam. Karena itu, kiai sepuh selalu dinantikan untuk dimintai nasehat atau pertimbangan,".
"Jadi jangan salah dipahami kiai sepuh diseret-seret masuk politik, bukan kelasnya kiai-kiai sepuh meminta-minta dilibatkan dalam urusan pilkada. Jelas itu gak lazim dan kebalik itu, sudah su'ul adab. Sekali lagi jangan merekayasa, memaksa dan menyeret nyeret peran beliau itu. Kita tunggu saja dengan sabar," tegas peneliti SSC ini. (mdr)
Baca Juga: Ikhtiar Ketuk Pintu Langit, Khofifah Hadiri Shalawat Akbar Bersama Ribuan Masyarakat Gresik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News