Indonesia Negara Besar, Tapi Jadi Sarang Penyamun

Indonesia Negara Besar, Tapi Jadi Sarang Penyamun Para pembicara saat foto bersama usai acara. Foto: YUDI ARIANTO/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Indonesia termasuk negara yang sangat kaya sumber daya alamnya. Data menyebutkan, Indonesia peringkat sembilan dunia penghasil pulp dan kertas, nomor tiga dunia penghasil kakao dan kopi, nomor dua dunia penghasil karet serta nomor satu dunia minyak kelapa sawit dan kayu lapis.

"Hitungan PDB dari total semua usaha yang ada di Indonesia seolah-olah kita menjadi negara besar tapi jadi sarang penyamun," tegas Ketua Umum Majelis Sarjana Ekonomi Islam Dr Nafik Hadi R, saat menjadi narasumber Oase Bangsa dengan tema 'Spirit Kebangkitan Umat' yang digelar Radio Suara Muslim bersama HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Ruang Sidang Gedung Rektorat ITS Surabaya, Rabu (20/12).

Nafik menjelaskan bahwa meski Indonesia menjadi negara terpadat urutan nomor empat dunia, jumlah pengusahanya hanya sebesar 0,24 persen. Beda jauh sama Amerika yang menduduki peringkat ketiga dunia dalam kepadatan penduduknya tapi pengusahanya bisa mencapai angka 11,5 persen.

"Sedangkan di Singapura mencapai 7,2 persen, Malaysia 2,1 persen, Thailand 4,1 persen serta Korsel 4,0 persen," ungkap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga itu.

Menurutnya, sudah saatnya Bangsa Indonesia melakukan Jihad Ekonomi. Ia mencontohkan salah satu jihad ekonomi yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola dana haji yang jumlahnya kurang lebih Rp 100 triliun itu. Kalau ada lembaga keuangan yang bisa mengelola dan digunakan untuk ekonomi umat maka akan menjadi luar biasa. Selama ini kalau masuk ke perbankan akan digunakan oleh para pengusaha. 

"Kalau uang haji 100 triliun rupiah itu setahun dapat 8 persen bisa dapat berapa ini. Akhirnya dana haji harusnya tiap tahun bisa turun," terangnya.

Nafik juga mengajak kepada audiens untuk kembali kepada Islam, kembali kepada apa-apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Karena Rasulullah pada dasarnya adalah seorang pedagang, entrepreneur sejati. Di usianya yang baru menginjak delapan tahun, Nabi mulai berdagang. 

"Saat Rasulullah menginjak usia 25 tahun, beliau menjadi konglomerat. Tidak tangggung-tanggung mahar yang dipakai untuk melamar Siti Khadijah waktu itu sebanyak 62 unta," tandasnya.

Sementara Arif Afandi menambahkan bahwa spirit kebangkitan umat menurutnya Bangsa Indonesia sudah melalui dua kebangkitan. Ia mencontohkan kebangkitan pertama yakni era berdirinya ormas Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Pada masa merintis kemerdekaan itu, Islam sudah menjadi inti dari perjuangan Indonesia. 

"Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah sedangkan NU mendirikan pesantren-pesantren yang pada akhhirnya banyak santri berkorban jiwa dan raga pada pertempuran Surabaya," jelas Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin Jatim.

Kebangkitan kedua menurutnya adalah karena pendidikan yakni para lulusan madrasah bisa bersekolah di umum karene SKB Tiga Menteri waktu itu. "Penguasaan politik selain kaya harus pinter, makanya harus sekolah," tutur Pemimpin Umum Majalah Aula NU.

Terkait kebangkitan ketiga, menurutnya, ada kelompok kelas menengah baru muslim. Mereka adalah kelompok yang mapan secara ekonomi. "Pemerintah harus bisa mengakomodir menyongsong kebangkitan kekuatan ekonomi baru tersebut," pesannya. 

Arif berharap pertumbuhan kaum kelas menengah ekonomi yang terus berkembang itu jangan sampai dipersempitkan lagi dengan mengganti sistem yang sudah ada (NKRI). "Analogi yang bisa saya contohkan ibaratnya, bus sudah ada tinggal berangkat atau membuat bus dulu baru berangkat. Pilih yang mana?" pungkasnya. 

Oase Bangsa tersebut juga dihadiri narasumber yang lain seperti Prof. Joni Hermana, Ph.D (Rektor ITS Surabaya), Ustad Muhammad Yunus (GUIB Jatim) serta Prof. DR. Zainuddin Maliki (Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surabaya). (ian/rev)