SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Paguyuban Seni Budaya Kampung Ilmu (PSBKI) yang terletak di tengah kampung ilmu Jl Semarang mempunyai obsesi menjadikan Kota Surabaya sebagai kota Remo. Demikian ditandaskan Ketua PSBKI Suwinto Londo (47), saat ditemui BANGSAONLINE, di pendopo Kampung Ilmu, Minggu (07/01/2018).
Dia mengaku ingin mengajak masyarakat Surabaya turut bekerjasama mengenalkan budaya lokal Surabaya melalui tari Remo. Londo mengartikan tari Remo dengan ‘Renovasi Mental’. Kata dia, tari remo mengisahkan perlawanan warga Jatim melawan penjajah.
Baca Juga: Madura Ethnic Carnival 2024 Sumenep Angkat Tema Keris
“Remo itu renovasi mental, mengenalkan dan membangun kembali budaya tradisional yang dimiliki Kota Surabaya,” tutur dia.
Menurut dia, di zaman digital ini perlu regenerasi untuk pengenalan budaya-budaya tradisional. “Semua jenis tari diajarkan, namun kemampuan yang harus wajib dimiliki oleh anggota paguyuban adalah Tari Remo. Remo ini tari khusus ikon Jawa Timur, apalagi di Surabaya,” ujarnya.
Warga Surabaya harus bisa, terlebih anggota PSBKI akan dibekali Tari Remo bolet, bolet jos, bolet kidung, dan gragak. “Ada banyak macamnya, Yang diajarkan hanya empat,” jelasnya tentang macam Tari Remo.
Baca Juga: Budayawan Soroti 104 Event Pemkab Sumenep: Tak Menarik, Wajar Minus Apresiasi!
Tak ada pelajaran tertulis yang diberikan PSBKI, namun di sela-sela pemberian teknik menari, pelatih memberikan penjelasan terkait histori yang mengisahkan tari ini. “Saat menari tanpa iringan musik akan dijelaskan bahwa kisah di balik tarian ini,” jelas dia.
Saat ini ada 5 relawan. Dua berasal STWK (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta), dua berasal dari SMKN 12 Surabaya, dan satu relawan Universitas Airlangga. Mereka berlima turut membantu melatih 250 anggota PSBKI yang digolongkan dalam 3 kelas.
Kelas pemula usia 5-10 tahun, kelas madya usia SMP, dan kelas utama usia SMA hingga Perguruan Tinggi. Latihan digelar tiap hari Minggu pukul 10.00. “Minimal, kelas utama harus bisa dasarnya. Tari Remo dan Tari Tradisional daerah lain,” ujar dia.
Baca Juga: Urus Izin Benda Pusaka Lebih Mudah Lewat Website Disbudporapar Sumenep
Londo memaparkan organisasi yang dipimpinnya sudah dilegalkan sejak 2,5 tahun lalu sebagai organisasi kemasyarakatan bergerak di bidang seni. PSBKI termasuk cabang dari Induk Organisasi Barisan Benang Merah, yang juga berada di kampung ilmu.
“Untuk menampung anak-anak Surabaya yang punya bakat, jika di sanggar mereka harus bayar, kalau PSBKI gratis,” tukas Londo.
Nani, warga asli Surabaya yang mengantar anaknya, Regina, untuk belajar menari, berharap anaknya dapat menguasai semua jenis tari usai belajar di PSBKI. “Keluar dari sini, bisa semua tarian Jawa,” ujar Nani.
Baca Juga: Bupati Sumenep Dukung Pelestarian Tradisi Ojung
Keberadaan PSBKI ini, tak lepas dari ‘campur tangan’ Pemerintah Kota yang memberikan fasilitas dan sarana latihan.“Saya berterima kasih kepada Pak Wisnu, Wakil Wali Kota Surabaya dan Dinas Pariwisata yang sudah memberikan apresiasi,” kata Londo.
Hampir semua perlombaan yang diikuti oleh anak-anak PSBKI semuanya mendapat juara. “Sudah terlalu sering, tanggal 14 Januari nanti, sejumlah 14 anak akan mengikuti Festival Tari Egol di Darmo Trade Center (DTC). Bahkan, murid dari PSBKI juga dilibatkan menyambut kedatangan Presiden Jokowi saat ke Surabaya, dengan menampilkan tari topeng,” pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News