SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kiai bersahaya ini bukan hanya sukses mendirikan pesantren dengan 8.000 santri, tapi juga kaya raya. Tiap hari bagi-bagi uang jutaan rupiah. Penghasilannya Rp 3 miliar setiap sebulan. Padahal saat muda ia miskin dan pernah jadi kuli bangunan. Apa rahasianya?
Nama KH Dr Asep Saifuddin Chalim, MA banyak menghiasi media massa belakangan ini. Kiai yang memiliki referensi kitab kuning cukup banyak ini memang didaulat para kiai-kiai Jawa Timur sebagai juru bicara ”Tim 17” Calon Gubernur Jawa Timur Dra Khofifah Indar Parawansa M.Si.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Pendiri sekaligus pengasuh dua Pondok Pesantren yakni Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur ini memang salah satu kiai dari 17 kiai yang berhimpun dalam pemenangan Khofifah Indar Parawansa. Tim 17 ini dikomandani KH Dr Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah), pengasuh Pesantren Tebuireng yang juga Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Jombang Jawa Timur.
Kiai Asep memang sukses mengelola pendidikan. Santrinya banyak diterima di perguruan tinggi favorit baik di dalam maupun luar negeri seperti di Jerman, Mesir, Australia, Maroko, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Yaman, Saudi Arabia, dan negara-negara lainnya.
Di dalam negeri, santri Kiai Asep banyak diterima di perguruan tinggi favorit seperti Unair, ITS, ITB, UI, UIN, Undip, UGM, UB, Unesa dan perguruan tinggi negeri lainnya. “Dari try out kemarin kemungkinan 200 santri Amanatul Ummah diterima di Fakultas Kedokteran,” tutur Kiai Asep yang juga Rektor Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto kepada HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com.
Baca Juga: Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah
Wajar jika banyak orang bilang Kiai Asep tokoh pendidikan yang sukses. Apalagi ia mengelola Pesantren Amanatul Ummah itu tak pernah minta sumbangan kepada pemerintah alias mandiri.
”Orang mengira saya ahli pendidikan. Padahal semua ini karena faktor barokah saja,” kata Kiai Asep merendah. Ia bercerita ketika merintis pesantren sebenarnya tak punya dana. “Dana gak punya, ilmu pas-pasan,” tutur kiai yang fasih bahasa Inggris dan Arab ini sembari tersenyum.
Menurut dia, barakah itu datang dari keikhlasan ayahnya KH Abdul Chalim, yang berjuang untuk NU. Kiai Abdul Chalim adalah kiai seangkatan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. ”Cuma usianya lebih muda ayah saya,” ungkapnya.
Baca Juga: Pembukaan Multaqa Alumni Al Azhar VIII, Kiai Asep Ungkap Sejarah Amanatul Ummah, Dulu Tempat Jin
Kiai Abdul Chalim ini salah satu kiai yang juga berperan besar atas berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU), terutama dari segi administrasi. ”Yang mengurusi surat menyurat pendirian NU ya ayah saya. Yang ditugasi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari untuk mengisi nama-nama pengurus Tanfidizyah pertama ya ayah saya. Jadi sebenarnya ayah pendiri NU bersama Kiai Wahab Hasbullah,” katanya.
Menurut Kiai Asep, ayahnya selain akrab dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah juga kesayangan Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng.
Hadraturssyaikh bahkan menugasi Kiai Abdul Chalim untuk mengisi nama-nama struktur PBNU pertama. Maklum, Kiai Abdul Chalim inilah yang paham figur-figur kiai atau aktivis NU untuk jadi pengurus Tanfidziyah. ”Ayah saya kan sekretaris Nahdlatul Wathan, sedang Kiai Abdul Wahab ketuanya,” tutur Kiai Asep yang lulusan IKIP (kini Unesa) Surabaya itu.
Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
”Orang selama ini menganggap ayah saya sekretarisnya Kiai Wahab Hasbullah. Padahal ayah saya sekretaris Nahdlatul Wathan dan Katib Tsani PBNU. Ya, ada benarnya juga, jadi ayah saya sekretarisnya Kiai Wahab dan Hadratussyaikh,” tambahnya.
Pada susunan pengurus NU periode pertama Kiai Abdul Chalim memang tercatat sebagai Katib Tsani. Sedang Kiai Abdul Wahab Hasbullah adalah Katib Awal. Saat itu Hadratussyaikh KH Muhammad KH Hasyim Asy’ari Rais Akbar. Sedang Ketua Umum Tanfidziyah Hasan Gipo.
Uniknya, meski Kiai Abdul Chalim tiap hari bersama kiai-kiai besar dan pengasuh pesantren, tapi ia sendiri tak punya pesantren. Padahal Kiai Abdul Chalim juga teman seangkatan dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah ketika belajar di Makkah. Tak aneh, jika saat itu Kiai Wahab Hasbullah sempat menegur.
Baca Juga: Akad Nikah Putri Kiai Asep Dihadiri Syaikh Mesir, Dubes Sudan, Khofifah, Wakil Ketua MPR, dan Kiai
”Dari semua kiai yang jadi pengurus NU hanya sampean yang gak punya pesantren,” kata Kiai Abdul Wahab Hasbullah kepada Kiai Abdul Chalim.
Lalu apa jawaban Kiai Abdul Chalim? ”Nanti anak saya yang akan punya pesantren besar dan banyak santrinya,” jawab Kiai Abdul Chalim seperti dituturkan Kiai Asep.
”Kiai Wahab sempat tercengang mendengar jawaban ayah saya,” tutur Kiai Asep. Inilah yang disebut barakah oleh Kiai Asep. Doa dan prediksi ayahnya itulah yang kini menjadi kenyataan sehingga ia bisa mendirikan pesantren besar.
Baca Juga: Raih Gelar Master di UAC, Wakil Ketua MPR RI: Bila Republik Ini Miliki 10 Kiai Asep Makin Cepat Maju
Yang menarik, Kiai Asep juga punya kebiasaan bersedekah tiap hari. ”Tiap pagi saya keliling sekitar pesantren bagi-bagi uang Rp 1 juta dalam bentuk pecahan Rp 10 ribuan. Saya tiap pagi juga ajak sarapan 20 orang dan kadang sampai 40 orang, termasuk santri yang tak kerasan,” tuturnya.
Bahkan tamu yang datang ke ndalemnya selalu diberi uang. Sehingga dalam sehari saja ia bersedekah jutaan rupiah. Loh bagaimana ceritanya? Ikuti serial berikutnya (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News