Tiga Bulan, DBD Renggut Empat Nyawa di Blitar

Tiga Bulan, DBD Renggut Empat Nyawa di Blitar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten Blitar Krisna Yekti

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang menakutkan saat pergantian cuaca. Terbukti, di Kabupaten Blitar empat anak dilaporkan meninggal dunia akibat DBD. Data Dinas Kesehatan setempat menyebutkan, kematian akibat DBD itu terhitung sejak Januari sampai Maret 2018.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten Blitar Krisna Yekti, menjelaskan, rata-rata penderita DBD yang meninggal dunia berusia 5 hingga 10 tahun.

Baca Juga: DBD dan Chikungunya Hantui Masyarakat di Kota Blitar saat Musim Hujan

"Data selama Januari hingga Maret ada empat anak meninggal dunia akibat DBD," ungkap Krisna, Minggu (15/04).

Menurut dia, penyebab banyak nya kasus kematian akibat DBD adalah karena penanganan yang kurang cepat dan tepat. Mereka baru dibawa ke rumah sakit, saat kondisinya sudah parah.

"Selain itu gejala DBD juga tidak terlalu dipahami oleh masyarakat sehingga saat awal-awal menyerang diduga hanya sakit panas biasa," imbuh dia.

Baca Juga: Selama 2021, Kasus DBD di Blitar Turun 50 Persen

Krisna menambahkan, jika dilihat dari jumlah kasus, tahun ini sebenarnya tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Terdata sampai akhir bulan maret ada 71 kasus DBD. Namun kenaikan terjadi pada angka kematian yang cukup tinggi.

Mengantisipasi semakin bertambahnya kasus, Dinkes Kabupaten Blitar mengajak masyarakat untuk sm gencar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Karena PSN adalah salah satu langkah paling efektif untuk membunuh jentik nyamuk.

"Salah satu yang paling efektif ya dengan PSN. Karena dengan PSN bisa membunuh nyamuk hingga jentiknya berbeda dengan foging yang hanya membunuh nyamuk dewasa saja," tegas dia.

Baca Juga: Tren DBD di Blitar Menurun Selama Semester Pertama Tahun 2021

Kata Krisna, PSN untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD harus dilakukan setiap saat. Bukan hanya saat intensitas hujan sedang tinggi. Karena nyamuk Aedes Aegypti mengalami peningkatan perkembang biakan justru saat memasuki pergantian cuaca. Dari musim kemarau ke musim hujan, maupun dari musim hujan ke musim kemarau. (ina/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO