BLITAR, BANGSAONLINE.com - Kasus penyakit demam berdarah (DB) di Kabupaten Blitar melonjak di tahun 2019. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat dari Januari hingga September sudah ada 634 orang yang menderita penyakit tersebut.
Jumlah ini tentu meningkat dibanding jumlah kasus yang sama di tahun 2018. Dari Januari hingga Desember, jumlah penderita DB mencapai 534 kasus dengan delapan penderita meninggal dunia.
Baca Juga: Tekan Angka Stunting, Bupati Blitar Luncurkan Program Inovasi Tali Centing
Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan dari jumlah 634 kasus itu, delapan di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Namun delapan anak itu meninggal dunia saat puncak demam berdarah, yakni periode Januari hingga Maret lalu. Delapan anak yang meninggal dunia ini, kata Krisna, rentang usianya antara 5 - 15 tahun.
"Tahun 2019 ini hingga bulan September kami mencatat ada 634 kasus. Nah, dari ratusan kasus ini delapan di antaranya meninggal dunia pada periode Januari hingga Maret lalu, " ungkap Krisna, Kamis (24/10/2019).
Krisna mengaku, tingginya kasus DB Kabupaten Blitar, selain disebabkan siklus lima tahunan juga karena masih rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga mendukung berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah.
Baca Juga: RS Medika Utama Blitar Bantu Pekerja Informal Dapatkan Perlindungan dari BPJS Ketenagakerjaan
"Kami tidak henti-hentinya meminta masyarakat agar rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Utamanya di wilayah endemis atau yang setiap tahun ada warganya yang kena DB. Seperti di Kecamatan Udanawu, Ponggok, Srengat, Sanankulon, Nglegok, Kanigoro, Selopuro dan Wlingi. PSN ini penting dilakukan, karena fogging tidak bisa serta merta membunuh jentik nyamuk," tegasnya.
Data Dinkes Kabupaten Blitar menyebutkan, dalam beberapa tahun terakhir siklus DB cenderung mengalami peningkatan. Jumlah penderita demam berdarah tahun 2015 tercatat sebanyak 356 orang, kemudian 2016 turun menjadi 308 orang, lalu di tahun 2017 turun lagi menjadi 84 orang. Selanjutnya pada tahun 2018 naik tajam mencapai 534 kasus, dan tahun ini tercatat baru hingga akhir September sudah ada 634 kasus. (ina/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News