SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Teroris itu berusaha untuk menyalahpahamkan antara Kristen dan Islam. Forum ini adalah upaya untuk melawan terorisme dan mengklarifikasi kesalahpahaman. Selama ini, akibat bom itu, orang Kristen dididik untuk mencurigai orang dengan identitas agama tertentu yakni Islam.
"Malam hari ini (kemarin) banyak teman-teman Kristen yang mulai menyadari bahwa itu hanya ulah segelintir orang. Tidak bisa kemudian digeneralisir menjadi praktik dari Islam itu sendiri," kata Aan Anshori, salah satu inisiator acara doa bersama lintas iman bertajuk 'Suroboyo Guyub ing GKI Diponegoro', Jumat (18/5) malam.
Baca Juga: Tim Gegana Polda Jatim Pastikan Isi Tas yang Ditemukan di Depan Royal Plaza Bukan Bom
Gus Aan, sapaan Aan Anshori itu juga menegaskan, ribuan orang yang hadir dari berbagai elemen bangsa tersebut mengaku semakin memperkuat kebersamaannya.
"Jangankan empat bom, lima bom itu justru memperkuat kami dan memperkuat konsolidasi teman-teman yang ada di Surabaya dan di Jawa Timur terkait dengan aksi terorisme," tegas penggiat Gusdurian ini.
Gus Aan menambahkan, Jawa Timur itu rankingnya paling bagus dalam soal toleransi. Survei Setara Institute menempatkan Jawa Timur itu bukan sebagai wilayah hotspot.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Seorang Pria Tinggalkan Tas Diduga Berisi Bom di Depan Royal Plaza
"Saya berharap bom ini semakin mengkonsolidasikan kemuatan lintas elemen dan lintas agama di Indonesia untuk memastikan Jawaw Timur bisa menjadi pilot project, benchmark dari kehidupan toleransi yang ada di Indonesia," harap dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat GKI Diponegoro Daniel T Hage mengatakan, yang melaksanakan kegiatan tersebut adalah rekan-rekan dari lintas agama.
"Kami cuma menyediakan tempat lalu acara mereka yang menginisiasi semua," jelas Daniel.
Baca Juga: Bom Meledak di Pemukiman Elit Kepulauan Solomon, Dua Penjinak Bom Tewas
Ia lalu menyebutkan bagian penerima tamu acara dari rekan-rekan umat Katholik Gereja Santa Maria Tak Bercela. Lalu ada teman-teman yang membantu dari Konghucu, Hindu serta Budha.
"Ayo pak, kita tunjukkan bahwa kita berani dan Indonesia tetap punya banyak dukungan," ucapnya menirukan rekan-rekan lintas iman.
Acara yang ditutup dengan lantunan lagu kebangsaan 'Satu Nusa, Satu Bangsa' itu diikuti oleh sekitar 49 elemen masyarakat mulai dari organisasi lintas agama, profesi maupun lintas etnis, hadir dalam acara tersebut.
Baca Juga: Bumantik, Ujung Tombak Pencegahan Terorisme di Surabaya
Tampak GP Ansor Surabaya berikut Bansernya ikut larut dalam acara doa bersama lintas iman itu. Tak ketinggalan, Syaiful Chalim (Gus Syaiful) dari FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) Kota Surabaya juga ikut memberikan kata sambutannya di atas mimbar.
Penyelenggara acara Pdt Andri Kurniawan, mengaku sangat terkejut melihat absensi kehadiran hingga mencapai angka 1.719 orang. Padahal, pihak penyelenggara dari gereja, Rumah Bhinneka, dan Jaringan Gusdurian hanya mengundang 200 orang yang. Mereka yang hadir pada malam itu terdiri dari enam agama, penghayat kepercayaan, kampus, Polri, TNI serta LSM. (ian/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News