Demi Berangkat Haji, Penjual Sayur Keliling Asal Tuban Ini Rela Makan Nasi Sisa

Demi Berangkat Haji, Penjual Sayur Keliling Asal Tuban Ini Rela Makan Nasi Sisa Sariati saat ditemui di Embarkasi Surabaya, Selasa (31/7).

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sariati (57 tahun), rela makan nasi gugur yang ia peroleh dari sisa nasi yang diberikan oleh tetangganya. Hal itu ia lakukan demi mewujudkan keinginannya untuk bisa berangkat .

Berkat kesungguhan serta perjuangannya itu, ia akhirnya bisa berangkat yang masuk dalam kelompok terbang (kloter 42) asal Tuban dengan nomor penerbangan SV 5211 dan akan berangkat pada Rabu (1/8) pukul 00.30 WIB dini hari nanti.

Baca Juga: 9 Kantor Imigrasi di Jatim Permudah Pembuatan Paspor bagi Pekerja Migran Indonesia

Nasi gugur ini ia dapatkan dari apra tetangganya yang tidak habis mereka makan. Dari tetangganya ini lantas ia keringkan menjadi karak lalu dimasak ulang untuk kemudian ia makan.

“Iya, agar bisa nabung saya hemat. Ada ibu-ibu yang ngasih nasi sisa untuk dijemur. Sudah jadi karak baru Saya masak jadi bisa dimakan,” tuturnya.

Setiap hari, janda beranak satu ini berjualan sayur keliling memakai sepeda angin. Ia biasa berjualan ke kantor-kantor yang ada di Kota Tuban sejak tahun 90-an.

Baca Juga: Energi Sai untuk Perbaikan Spirit BLu Speed

Sariati mulai menyisihkan uang yang ia dapatkan di bawah tikar dari pandan di rumahnya. Tahun 1995, salah satu pelanggannya menyarankan Sariati untuk menabung uangnya, siapa tahu dapat digunakan untuk daftar . Saat itu, ia lantas menabung untuk pertama kali sebesar Rp 2.500 ke salah satu Bank di Tuban.

Keuntungan yang ia dapatkan dari hasil dagangannya saat ini tidak banyak. Dengan modal Rp 500 ribu, keuntungan yang ia dapatkan berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu per hari. “Itu pun dagangan tidak selalu habis, masih ada sisa,” tuturnya.

Awalnya dulu tahun 2000-an, lanjut Sariati, keuntungannya lumayan banyak sekitar Rp 50 ribu karena mempunyai langganan catering. ”Tapi tiga tahun ini ibunya sudah pensiun tidak buat catering lagi, jadi tidak langganan dagangan Saya,” ujar Sariati.

Baca Juga: Salat di Kamar Hotel Ikuti Imam di Masjidil Haram, Apakah Sah?

Setiap hari, ia menabung uang seadanya sisa makan dan biaya sekolah anaknya, antara RP 3.000 hingga Rp 10.000. Ketika terkumpul uang dalam jumlah agak banyak sekitar Rp 300 ribu, Sariati lantas menabungkan uangnya ke bank.

Tahun 2010, uangnya terkumpul Rp 26 juta. Ia lantas gunakan uang tersebut untuk daftar . Untuk menutup ONH, ia juga gunakan hasil dari dagangannya ini.

"Melalui ini, Saya ingin bertemu dengan rumah Allah dan menjadi yang mabrur. Selepas pulang nanti, Saya akan tetap berjualan sayur keliling sebagai mata pencaharian utama," pungkasnya. (ian/rev)

Baca Juga: Petugas Bandara Jeddah Sita 2 Karung Rokok Jemaah Haji Asal Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SMPN 1 Kertosono Launching Digitalisasi Sekolah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO