TUBAN, BANGSAONLINE.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban belum berencana mengembangkan Gua Temu Giring yang ada di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban dalam waktu dekat ini. Hal itu disampaikan oleh Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata, Budaya, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban, Suwanto.
Pasalnya, untuk mengembangkan gua tersebut dengan sarpras seperti gua akbar membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ia memperkirakan setidaknya membutuhkan biaya sekitar Rp 10 miliar.
Baca Juga: Indahnya Gua Temu Giring di Singgahan, Terdapat Air Terjun dan Aliran Sungai
"Sedangkan, hingga saat Dinas Pariwisata belum ada dana untuk itu," ujarnya saat dihubungi BANGSAONLINE.com, Jumat (31/8).
Suwanto mengakui dari sisi wisata, gua itu layak dikembangkan. Akan tetapi, lokasi gua itu berada di lahan milik perhutani KPH Parengan dan masuk wilayah Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan.
"Oleh sebab itu, pemkab akan turut andil jika kedua intitusi tersebut ada rencana mengembangkan gua tersebut menjadi wisata," ungkap Wanto, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Tim Kementerian Lingkungan Hidup Teliti Gua Pertiwi di Semanding
"Pastinya kami dorong jika pihak desa dan perhutani ada upaya pengembangan, karena semua itu demi peningkatan ekonomi warga sekitar," imbuhnya.
Apalgai, lanjutnya, Gua Temu Giring menjadi salah satu gua terbesar dan panjang yang ada di Kabupaten Tuban. "Sebenarnya gua ini sudah diketahui masyarakat setempat secara turun temurun. Pada masa penjajahan Gua Temu Giring dijadikan masyarakat dan pejuang sebagai bunker dan tempat persembunyian," ceritanya.
Selain itu, Gua Temu Giring juga mempunyai keunikan tersendiri berupa struktur batuan dan tanah yang ada di dalam gua. Kawasan sekitar gua juga didominasi oleh batuan endapan kwarsa dalam bentuk batuan padas.
Baca Juga: Hasil Pemetaan Gua di Desa Jadi Semanding, Begini Kondisinya
Hal ini berbeda dengan gua lain di Tuban yang sebagian besar dari batuan kapur. Oleh sebab itu, di dalam gua tidak ditemukan stalaktit dan stalagmit.
"Proses terbentuknya sepertinya merupakan saluran air yang terbentuk oleh alam yang menampung dan mengalirkan air dari perbukitan membentuk lorong sungai bawah tanah dan hilir gua sampai di sungai krawak. Hal ini diketahui masyarakat setempat dengan menguji aliran air sumber yang ada di dalam goa temu giring dengan menaburkan dedek sekam padi, ternyata tembusan keluarnya di sumber air krawak," bebernya.
"Pemkab sebenarnya sangat mendukung pengembangan wisata Gua Temu Giring, pasalnya bisa menjadi paket wisata dengan obyek wisata Air Terjun Nglirip dan Wisata Adventure Desa, serta Gua Putri Asih. Berkembangnya paket wisata dalam satu kawasan ini akan mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat," tandasnya.
Baca Juga: Gua di Bawah Tambang Kapur Semanding Ternyata Memiliki Ornamen Unik dan Langka
Wanto berharap ke depan ada studi kajian menyeluruh terhadap Gua Temu Giring, sehingga nantinya dapat diketahui prospek pengembangan gua tersebut. Dari aspek geologi tentunya goa ini menjadi salah satu geosite yang menarik untuk dikunjungi baik wisatawan umum, peneliti gua, maupun wisatawan minat khusus susur gua.
"Semoga pihak terkait segera menindaklanjuti tahapan yang kami rekomendasikan. Yakni studi komprehensif dan pemetaan gua. Baru nanti kita kaji rencana pengembangan kawasan yang ada di sekitarnya," harapnya.
Sementara itu, saat ini Gua Temu Giring dimanfaatkan masyarakat untuk mencari batu fosfat yang ada di sepanjang lorong gua. Penambangan tradisional skala kecil ini pun perlu diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah desa maupun perhutani. Karena lokasinya sebagian besar berada di lahan perhutani. (gun/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News