PG Gempolkrep Bantah Datangkan Nira


MOJOKERTO (bangsaonline) - Pihak pabrik gula (PG) Gempokrep Mojokerto membantah pihaknya mendatangkan nira sebagai bahan baku setengah jadi dari PG Tulangan Sidoarjo yang memicu protesnya ratusan sopir truk pengangkut tebu di sepanjang jalan raya depan PG Gempolkrep, Senin (15/9).

Ditegaskan humas PG Gempolkrep, Syamsu, kemarin (16/9), keterlambatan proses penggilingan tebu yang menyebabkan antrian panjang dan lama truk-truk tebu disebabkan permasalahan teknis.

Yaitu, tak mencukupinya pasokan air dari Sungai Brantas sebagai pendingin mesin. ''Kita memang terpaksa tak bisa memaksakan kinerja mesin tanpa persediaan air sebagai pendingin yang cukup. Sebab debit air Brantas belakangan ini sangat rendah sehingga tak mampu memasok air ke PG,'' ungkap Samsu di Desa Kedungmaling Sooko, kemarin siang.

Karena pengistirahatan mesin giling tadi, lanjutnya, daya giling PG Gempolkrep turun drastis dari yang biasanya 67-70 ribu kwintal per hari menjadi cuma 52 ribu kwintal tebu per hari. ''Tapi para supir sudah kita jelaskan dan memahami kesulitan kita yang murni karena faktor alam. Kita cuma mendatangkan nira dari PG Tulangan cuma pada awal giling dulu karena kebijakan dari langsung PTPN X, sebab PG Tulangan tak mampu memproses gula kristal sehingga niranya nganggur,'' urai Syamsu.

Seperti diberitakan sebelumnya ratusan supir truk tebu siap giling menggelar aksi parkir sepanjang jalan depan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Senin (15/09).

Aksi menderetkan armada tebu ini, menurut mereka, dipicu langkah PG yang mendatangkan nira. Akibat pasokan bahan pembuat tebu yang sudah berupa cairan tersebut petani merasa dirugikan. Para supir mengeluh, akibat masuknya nira, jatah pengiriman mereka berkurang dan tersendat. Bahkan, sopir harus bermalam di jalan maupun pabrik untuk menunggu bongkar tebu muatan mereka. "Pabrik mendatangkan cairan nira dari PG Tulangan Sidoarjo pada malam hari. Cara ini sangat merugikan para petani tebu. Karena jatah petani tebu untuk di kirim sering tersendat," ungkap salah satu sopir, Sariadi.

Alasan yang dikemukakan pabrik, lanjut Sariadi, mesin giling rusak. "Yang jelas jatah iriman yang sebelumnya dua rit setiap hari, sekarang hanya satu rit tiap hari," katanya. Sampai saat ini aksi masih berlangsung. Manajemen akhirnya meminta perwakilan sopir berdialog. Sementara, ratusan sopir truk yang memarkir truknya di sepanjang Jalan Raya Gedeg diminta untuk memasukkan truknya ke halaman belakang pabrik.