Kenang Badai Cempaka, Konsorsium Relawan Pacitan Nyalakan Seribu Lilin

Kenang Badai Cempaka, Konsorsium Relawan Pacitan Nyalakan Seribu Lilin Suasana mengenang setahun bencana di Pacitan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Dampak badai cempaka yang menerjang pesisir Pantai Selatan satu tahun lalu, tepatnya pada 28 November 2017, menorehkan kenangan yang dalam bagi masyarakat Pacitan. 

Kemunculan banjir bandang yang menenggelamkan sebagian wilayah Pacitan serta membuat longsor hampir di setengah wilayah pegunungan, seolah menjadi pelajaran akan pentingnya kesadaran bahwa di Pacitan ini merupakan daerah dengan satu ancaman bencana.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Ingatkan 22 Daerah di Jatim Rawan Longsor dan Banjir

Bencana bukan untuk ditakuti, tapi untuk dipelajari agar masyarakat bisa memitigasi diri untuk mengurangi korban dan kerugian harta benda yang lebih besar. 

Untuk mengenang peristiwa tersebut, konsorsium relawan peduli bencana Pacitan, pada Sabtu, 1 Desember 2018 bersama dengan kelompok-kelompok relawan dari luar daerah menggelar acara silahturahmi kenang kejadian bencana Pacitan dengan tema "apa kabar sahabat " di aula hotel Srikandi Pacitan.

Acara yang dihadiri kurang lebih 600 orang ini sebagai wujud solidaritas akan sesama. Seperti Plesir Blitar, Johar Kediri, Detasemen 86 Pare, Karina Madiun, Karina Sego berkat Pacitan, Karang Taruna Pelen, Semut Abang, Mbeling Adventure, Ngambu Pancer, dan beberapa relawan pribadi dari Jogjakarta dan Trenggalek.

Baca Juga: Tanah Longsor Kembali Melanda Sejumlah Wilayah di Pacitan

"Acara ini kami gelar, bukan sebagai atau untuk mengenang masa lalu. Namun ini sebagai cermin bahwa apapun bisa terjadi kapanpun. Tinggal bagaimana kita memaknai ini semua sebagai bentuk introspeksi diri," kata Doni HTF, kordinator acara.

Rangkaian acara tersebut, selain diisi dengan rangkaian hiburan musik, juga ada puisi, dan cerita langsung dari orang tua salah satu korban bernama Amri, warga Desa Sirnoboyo yang terseret arus karena saat itu membantu menyelamatkan warga dari banjir. Suasana haru bercampur sedih saat orang tua korban bercerita detik-detik terakhir anaknya terseret arus.

Acara yang dibuka dengan kenduri dan doa bersama ini berlangsung sangat khidmat, ditambah satu akhir acara diisi dengan cermony menyalakan seribu lilin sebagai simbol semangat dan solidaritas.

Baca Juga: Abrasi Bantaran Sungai Grindulu di Desa Mentoro Ancam 64 Kepala Keluarga

"Kami di sini adalah para relawan yang dengan ikhlas membantu demi kemanusiaan, tanpa embel-embel apapun itu. Lilin ini kami maknai dengan sebutan lilin sahabat. Dan sahabat yang datang malam ini adalah wujud dari kepedulian antar sesama. Inilah relawan sejati, modalnya hanya keberanian dan solidaritas," timpal Roko Sabas. (pct1/yun/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO