SEMARANG, BANGSAONLINE.com – Legenda dari Semarang ini tetap bertahan, dan kian merambah di berbagai kota seantero Indonesia. Dialah Loenpia.
Loenpia memang identik dengan Kota Semarang. Umurnya telah beratus tahun lalu, dan resepnya terus bertahan sampai saat ini. Itulah Loenpia Semarang Gang Lombok no 11. Kedai di pinggir kali ini, seakan saling melengkapi dengan kokohnya Klenteng Tay Kak Sie yang terkenal itu.
Baca Juga: Menteri AHY Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik kepada Warga di Semarang
Empat generasi tetap menjaga keaslian resep yang telah berusia ratusan tahun ini. Untung (57) adalah generasi keempat, penerus legenda lumpia. Pengerjaannya tetap memakai cara tradisional. Dan tak ada varian baru, kecuali lumpia ayam, dan udang.
Kini penulisannya, sudah bukan pakai Loenpia lagi. Namun menyesuaikan dengan pergeseran nama yang sudah mengindonesia, yaitu Lumpia.
“Kalau dibuka tahun berapa saya gak tahu pastinya, kira-kira dari tahun 1800-an. Mbahnya papi, generasi pertama dulu jualan muter-muter dulu baru dapet tempat ini, ya sampe sekarang ini. Dulu mbahnya papi aslinya Tiongkok, dapet orang Jawa. Nah, kalau Pak Man ini, dari dulu jadi juru masak di sini, dari generasi papi,” ujar Untung, saat ditemui di kedainya yang ramai dengan pesanan luar kota, Kamis (6/12/2018).
Baca Juga: Khofifah Promosikan Kuliner Jatim: Ini Masakan Khas Madura, Sidoarjo, Jombang, dan ...
Suasana ramai terasa, ketika weekend dan hari libur, mulai pukul 08.00 wib, sudah banyak antrean menunggu. Puncaknya, sekitar pukul 11.00 adalah saat di mana pelanggan antri dan berdesakan untuk mendapatkan lumpia. Lelah dan penatnya menanti, seakan terobati ketika seonggok lumpia terkunyah dalam mulut.
Kres.... lezatnya seakan menembus pori-pori lidah, mengirim rasa tak terkira dalam otak, dan menjadikan tubuh seakan bugar kembali.
Di kedai berukuran sekitar 4x5 meter persegi ini, terpampang berbagai mulai dari surat kabar dan mendapatkan rekomendasi dari TripAdvisor, Amerika.
Baca Juga: Pecel Bek Kasih di Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kediri Bertahan sejak 1970, Simak Kisah Uniknya
Saat ini Lumpia Gang Lombok menghasilkan omzet kurang lebih Rp 500 ribu pada hari biasa, dan bisa mencapai Rp 1 juta saat weekend atau hari libur.
Sekilas, tampilan sama dengan lumpia pada umumnya, sedikit lebih besar dengan isian padat. Saat dipotong, potongan rebung, rebon, telur, dan udang menyeruak. Isian padat membuat cita rasa rebung dan rempah-rempah terasa, ditambah dengan renyahnya kulit lumpia.
Kuliner yang khas! Rebungnya gurih.
Baca Juga: Polisi Selidiki Pasangan Sejoli yang Diduga Mesum di Taman Semarang
Salah satu keistimewaan Lumpia Gang Lombok, racikannya yang tidak bau amis rebung. Rebung yang bersih dan rempah yang berkualitas diolah dengan benar akan menghasilkan lumpia yang bebas amis. “Racikan dari generasi pertama tetap dijaga, makanya lumpia kita gak bau amis. Kalo makanannya enak tapi baunya amis kan gimana ya mas, hehehe,” ujar Pak Untung.
Bagi yang berwisata ke Semarang, juga bisa membawa pulang kuliner legendaris ini. Untuk dalam kota, Untung biasa mengantar setelah pukul 11.00 WIB, yaitu demi menghargai pelanggan yang sudah lama antre sejak pagi.
Lumpia Gang Lombok bisa bertahan hingga besok malamnya untuk yang sudah digoreng, dan 12 jam untuk lumpia basah, dan bisa bertahan 2-3 hari jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Baca Juga: Mengintip Proses Produksi JAILS, Produk Unggulan Hasil Pembinaan Napi di Lapas Serang
“Saya dari Surabaya, dapet saran dari kawan-kawan, kalau ke Semarang mau beli lumpia, mampir aja ke Gang Lombok, di situ lumpianya enak,” ujar Rosita (35) sembari menunggu pesanannya untuk dibawa ke Surabaya.
Kedai ini bertahan di lokasi ini tanpa membuka cabang. Untung ingin menjaga kekhasan dari lumpia ini. Ia juga masih disibukkan dengan pesanan dalam kota dan juga melayani pengunjung yang mengular sejak pagi.
Kiosnya buka hingga jam 17.00, namun akan tutup lebih awal apabila lumpianya terjual habis.
Baca Juga: Ini 10 Rekomendasi Kuliner dan Tempat Wisata di Medan
Kontributor
Baca Juga: Jelang GIIAS Semarang 2023, Goodyear Indonesia Kenalkan Assurance MaxGuard
Ahmad Faaiq Al Waafiy
(Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang)
Baca Juga: Krengking, Olahan Rebung Asap Khas Bukit Gandrung Medowo Kediri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News